Empat Puluh Empat

61 7 0
                                    

Bel istirahat baru saja berbunyi. Seluruh siswa Tunas Bangsa berhamburan keluar dari kelas, sebagian besar menuju ke kantin untuk mengisi perut. Namun Cindy tidak menjadi bagian dari itu. Dia pergi ke perpustakaan karena ingin mencatat sisa-sisa ketertinggalannya dua hari lalu. Cindy memilih duduk di bagian pojok perpustakaan, tempat favoritnya.

"Hai."

Cindy menghentikan kegiatannya ketika mendengar sebuah suara menyapanya.

Ketika menoleh, dia mendapati Raja berdiri di depan mejanya. Cowok itu lalu duduk berhadapan dengannya, sedangkan Cindy kembali pada aktivitas mencatatnya lagi.

"Congrats ya buat olimpiade lo kemarin," ucap Raja.

Cindy menoleh. "Thanks," ucapnya singkat. Namun tanpa sengaja dia melihat sedikit bekas luka yang hampir mengering di tulang pipi cowok itu.

"Itu kenapa?" tanya Cindy menunjuk wajah Raja dengan ballpointnya.

"Oh, ini kemarin gue jatuh waktu main basket," jawab Raja berbohong. Padahal itu bekas pukulan dari papanya saat mereka bertengkar beberapa hari lalu.

"Harusnya lo ke uks, lukanya bisa infeksi nanti," saran Cindy, gadis itu sudah kembali mencatat lagi.

"Bareng elo?" tanya Raja penuh harap.

Cindy terdiam sejenak, seperti berpikir, lalu menjawab tanpa menoleh, "ada anak-anak PMR yang lagi piket di sana kok, lo bisa minta bantuan sama mereka."

Raja tersenyum getir. "Dulu biasanya lo yang selalu ngerawat luka-luka gue."

"Sekarang gue lagi sibuk, sorry."

Hati Raja terasa mencelos. Raja merindukan gadis itu, tapi kini Cindy seolah tak bisa digapai. Cindy hanya membuat jarak di antara mereka semakin lebar.

"Lo udah makan?" tanya Raja tak mau menyerah.

"Ada gue yang bawain dia makan." Bukan Cindy yang menjawabnya, melainkan Ken. Cowok itu berdiri di belakang Raja, membawa satu kantong plastik berisi makanan dan minuman.

Raja menoleh, menatap Ken dengan sebal. Sementara Ken berjalan memutari meja dan menduduki kursi tepat di sebelah Cindy.

"Seperti kata Cindy tadi, dia lagi sibuk, jadi tolong lo jangan ganggu dia," ujar Ken.

"Terus kedatangan lo di sini emang nggak mengganggu?" balas Raja.

"Kan gue bawain dia makan, jadi nggak ganggu dong," sahut Ken percaya diri.

"Belum tentu dia mau sama makanan yang lo bawa," sengit Raja.

"Aduh, kalian bisa diem nggak sih?" Cindy akhirnya angkat suara. Suara kedua cowok itu benar-benar mengganggunya. Cindy lantas merapikan buku-buku dan peralatan tulisnya.

"Eh, eh, mau kem.." Belum selesai Ken mengutarakan kalimatnya, Cindy sudah beranjak pergi meninggalkan kursinya.

"Tuh kan, elo sih," tuding Ken pada Raja.

"Kalau elo nggak dateng ke sini, Cindy nggak akan pergi," tuduh Raja.

"Kalau elo nggak ngajak gue debat kayak tadi, Cindy nggak akan terganggu,"

"Ssstttt," suara seluruh siswa yang berada di perpustakaan membuat Raja dan Ken akhirnya terdiam.

***

"Perasaan baru kemarin kita naik kelas sebelas, minggu depan udah ujian tengah semester aja," ucap Kayla sambil menatap jadwal ujian yang baru dibagikan.

"Seenggaknya kalau ujian, kita bisa pulang lebih cepet," sahut Cindy sambil melipat kertas jadwal dan memasukkannya ke dalam tas.

"Sabtu besok kita main aja yuk? Minggunya baru kita belajar bareng," usul Dini.

Unperfect PrincessWhere stories live. Discover now