Dua Puluh Enam

404 111 46
                                    

Raja bangkit berdiri kemudian mendekat pada Cindy. "Ken yang bikin Nisa bunuh diri."

Cindy tidak bisa menutupi rasa kagetnya. Napas yang dia hirup tiba-tiba sulit untuk dihembuskan kembali. Badannya mematung kaku dan tak bisa digerakkan. Cindy shock luar biasa.

"Gue nggak mau itu keulang lagi, Cin. Makanya gue nggak mau lo deket-deket sama dia. Gue yakin Ken punya rencana lain di balik sikapnya yang manis sama lo," jelas Raja meyakinkan. Raja yang selalu terlihat dingin dan angkuh, kini tampak rapuh.

"Raja," panggil Cindy pelan. Suara yang sejak tadi tercekat di kerongkongannya, berhasil dia keluarkan. "Lo nggak lagi bohongin gue, kan?"

Raja menggeleng. "Gue nggak pernah bohong sama lo."

Cindy menghela napas kecewa. Bukan jawaban itu yang dia harapkan. Rasanya tidak terima kalau Ken benar-benar punya rencana lain dibalik sikap baiknya kepada Cindy selama ini.

"Mana buktinya?" tanya Cindy lagi. Memang sulit berpikir logis di saat-saat seperti ini, tapi dia berusaha melakukannya.

Raja terdiam menatap kedua mata Cindy cukup lama. Dia tahu kalau gadis itu tidak akan percaya begitu saja padanya.

"Gue akan tunjukin di mobil nanti. Tapi sekarang temenin gue berdoa buat sahabat gue dulu ya," jawab Raja.

Cindy hanya mengangguk.

***

Saat berada di dalam mobil, Raja langsung membuka tas sekolahnya, lalu mengeluarkan sebuah selembar kertas yang dilipat hingga berukuran kecil.

"Ini apa?" tanya Cindy ketika kertas itu Raja serahkan kepadanya.

"Bukti yang lo minta," jawab Raja.

Ragu-ragu Cindy membuka setiap lipatan dari kertas yang sudah sangat lusuh itu. Ternyata ada sebuah tulisan di dalamnya.

Cindy melirik Raja sejenak dan cowok itu mengangguk, seolah meyakinkan lagi kalau Cindy boleh membacanya.

Cindy menghirup napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Dia tidak mau kelewat kaget seperti tadi. Kali ini Cindy harus bisa lebih tenang.

13 April 2018

Dear, diary.

Aku tahu, cepat atau lambat semua rahasiaku pasti ketahuan juga. Tapi aku nggak nyangka, akan secepat ini semuanya terjadi.

Sekarang aku takut. Sangat takut sampai tidak bisa tidur karena mimpi buruk selalu datang setiap kali aku memejamkan mata. Aku menangis semalaman karena berpikir tak akan ada yang bisa menolongku lagi.

Sampai akhirnya, Ken memberiku sebuah solusi yang tak pernah terlintas dalam otakku. Bahkan tak pernah ku bayangkan sedetik pun.

Aku tidak mau menunda lagi. Aku akan segera melakukannya.

Cindy melipat kembali kertas itu dan menoleh pada Raja. Kali ini kedua matanya membola sempurna.

"Gue nemuin itu beberapa hari setelah Nisa meninggal. Tiba-tiba aja kertas itu ada di dalam mobil gue." Raja menghela napas. "Di hari itu juga, gue langsung nemuin Ken dan minta penjelasan dia. Tapi Ken nggak mau ngaku, dia balik nuduh gue ngarang tulisan ini."

Unperfect PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang