Empat Puluh Tiga

60 8 3
                                    

Seluruh peserta olimpiade Tunas Bangsa baru tiba di sekolah saat hari telah sore. Sekolah sudah sangat sepi. Beberapa dari mereka sudah dijemput orang tuanya, beberapa yang lain pulang dengan kendaraan yang mereka titipkan di sekolah sejak dua hari lalu.

Cindy menarik ranselnya yang besar dari bagasi elf, tapi entah karena tidak ada tenaga atau tasnya yang memang terlau berat, tas itu tidak mau bergerak.

"Sini gue bantu." Ken yang berada di belakangnya menawarkan bantuan.

"Nggak usah," tolak Cindy gengsi seperti biasa. Sekuat tenaga dia menarik tasnya yang besar hingga akhirnya ketika tas itu tertarik justru malah membuat tubuhnya oleng.

"Eh.. eh.." Cindy berusaha menjaga keseimbangannya.

Badan Cindy limbung ke belakang dan hampir terjatuh, tetapi beruntung ada yang Ken refleks merentangkan tangannya untuk menangkap punggung Cindy agar gadis itu tidak terjatuh.

Cindy terdiam kaku, dia kaget karena hampir terjatuh, tapi lebih kaget lagi karena posisinya kini hampir dipeluk oleh Ken. Kondisi jantungnya jangan ditanya lagi, sudah berdebar tidak karuan.

"Haduh haduh, berapa lama lagi kalian mau pelukan di situ? Ini masih di sekolah ye." Suara Bima membuyarkan keheningan antara Cindy dan Ken.

Tanpa banyak bicara, Cindy langsung meluruskan berdiri dan beranjak pergi menjauhi Ken.

"Eh Tuan Put-"

"Ken, tolong dong tas gue juga berat nih," rengek Shely sambil menarik pelan tasnya, padahal tas itu tidak seberat milik Cindy dan seharusnya Shely bisa mengambilnya sendiri.

"Hah? Eh, Bim tolong dong itu tas Shely, kan lo lebih deket." Ken malah menyuruh Bima. Dia kemudian setengah berlari mengejar kepergian Cindy.

Lagi-lagi Bima hanya bisa menghela napas. "Udah deh, Shel. Lo nggak usah ngejar-ngejar Ken lagi. Emang lo nggak sadar apa? Ken itu cuman naksir sama Cindy," celoteh Bima sembari membantu Shely mengambil tasnya.

Shely hanya cemberut, menatap punggung Ken yang semakin menjauh.

***

Cindy baru selesai merapikan buku pelajaran yang akan dibawanya besok. Setelah itu dia merebahkan diri di atas kasur. Bersiap untuk tidur.

Namun baru saja memejamkan mata, dia teringat dengan adegan saat dirinya hampir dipeluk oleh Ken tadi sore. Tidak hanya itu, dia juga teringat saat dia dan Ken beradu tos di pengumuman pemenang olimpiade.

Cindy membuka mata. Dia mencoba untuk melupakan semua kejadian itu. Tapi semakin dicoba yang terjadi justru dirinya semakin salah tingkah.

Cindy menghembuskan napasnya. Dia tidak bisa tidur. Kenapa akhir-akhir ini wajah Ken selalu muncul di kepalanya?

Tepat sedetik setelahnya, ponsel Cindy berdering panjang. Sebuah group video call dari teman-temannya. Tak butuh waktu lama, Cindy langsung mengangkatnya.

Kayla: Cindyyyy, gue kangen banget sama lo.

Dini: Cindyyy, lo nggak kangen sama kita apa?

Cindy terkekeh pelan. "Gue cuman dispen dua hari, kenapa tingkah kalian kayak nggak ketemu gue dua tahun?"

Kayla: tapi emang sekolah jadi sepi kalau nggak ada lo.

Dini: eh bentar deh, itu lo udah mau tidur? Ini kan masih jam 8

Cindy mengangguk pelan. "Tadinya mau tidur, tapi nggak bisa. Pas banget kalian nelfon, jadi gue nggak gabut."

Kayla: kita emang selalu datang di waktu yang tepat sih.

Dini: gimana olimpiadenya? Lo menang kan?

Unperfect PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang