Tiga Puluh Tujuh

204 36 8
                                    

Cantik
Ingin rasa hati berbisik
Untuk melepas keresahan
Dirimu
Oh cantik
Bukan kuingin mengganggumu
Tapi apa arti merindu
Selalu
Walau mentari terbit di utara
Hatiku hanya untukmu

Pandangan Ken tidak beralih dari satu titik yang sejak tadi berhasil merebut perhatiannya. Di dalam kepalanya terbayang kembali segala kenangannya sejak masuk ke sekolah ini.

Tanpa terasa banyak hal yang dia lalui di sini. Dia bertemu dengan teman-teman yang baik. Bertemu dengan gadis yang baik. Dan Ken bersyukur atas itu semua. Ken menyukai tempat ini.

Ada hati yang termanis dan penuh cinta
Tentu saja kan kubalas seisi jiwa
Tiada lagi
Tiada lagi yang ganggu kita
Ini kesungguhan
Sungguh aku sayang kamu

"Ken kayaknya ngeliatin lo deh, Shel." Suara itu terdengar begitu jelas di telinga Cindy.

Tak jauh dari posisinya, memang ada Shely dan teman-teman sekelasnya yang sedang berdiri menonton penampilan Ken. Namun, entah kenapa suara temannya yang satu itu sampai juga ke telinga Cindy.

"Ah, masa sih?" sahut Shely salah tingkah. Tak tahu juga kenapa Cindy jadi menguping pembicaraan orang.

"Iya, tatapannya ke sini kok, masa iya dia ngeliatin gue? Nggak mungkin, kan. Hahaha."

Kali ini Cindy sampai melirik ke arah Shely dan teman-temannya yang tertawa ribut.

Entah kenapa Cindy tiba-tiba ingin memastikan kebenaran yang dikatakan teman Shely tadi. Dia melihat Ken yang masih bernyanyi di atas panggung, kemudian melihat Shely. Kembali lagi melirik Ken, lalu melihat Shely. Terulang sampai kurang lebih lima kali.

"Percaya sama gue, Ken ngeliatin elo kok." Kayla sengaja berbisik tepat di samping telinga Cindy. Seolah paham dengan apa yang sedang sahabatnya perhatikan sejak tadi.

"Apaan sih?" Cindy pura-pura tidak mengerti.

"Jangan percaya sama temen-temennya Shely, emang begitu mereka biar bisa deket sama Shely," kata Kayla. "Keliatan banget kok kalau Ken lagi liatin lo. Dia kan cuman naksir sama elo."

Lagi-lagi Cindy kembali memeriksa tatapan Ken. Namun, dia sendiri tidak bisa memastikan siapa yang sedang Ken lihat di antara kerumunan ini. Terlalu banyak orang, Cindy tidak yakin yang mana yang sedang Ken tatap. Cindy juga tidak mau terlalu percaya diri untuk menganggap bahwa hanya dirinya yang sedang Ken pandangi selama cowok itu bernyanyi.

Namun, tanpa Cindy sadari, sudut hatinya juga tak rela kalau Ken memandang yang lain.

***

"Sialan, lo pada ngerjain gue!" Kalimat pertama yang Ken ucapkan pada ketiga temannya setelah turun dari panggung.

"Sori, bro, tapi suara lo bagus banget kok tadi," ucap Gilang sambil menepuk-nepuk pundak Ken dengan bangga.

"Asli dah. Kalau lo bikin cover lagu di youtube pasti langsung jadi seleb, percaya sama gue," puji Fery terang-terangan.

"Nggak usah puji-puji gue, nggak mempan. Awas ya lo bertiga nggak gue kasih contekan lagi," ancam Ken.

"Ya elah, cuma nyanyi satu lagu doang lo. Nanti gue traktir makan deh di kantin," tawar Arka membuat senyum Ken langsung mengembang.

"Nah, kalau itu baru gue mau. Kalau cuman dipuji doang mah nggak bikin kenyang," sahut Ken sambil tertawa. Kasihan, suara indah Ken hanya seharga menu makan siang di kantin Tunas Bangsa.

"Ken," panggilan dari balik punggung Ken membuat cowok yang semula duduk di atas sound itu segera berdiri dan berbalik. Gilang, Arka dan Fery pun sampai ikut menoleh karenanya.

Unperfect PrincessOù les histoires vivent. Découvrez maintenant