Dua Puluh Delapan

500 102 66
                                    

Hari ini Cindy memilih untuk menghabiskan waktu istirahatnya di perpustakaan. Bosan dengan suasana kantin yang begitu-begitu saja.

Atau mungkin Cindy hanya sedang menghindar karena kantin mendadak jadi tidak menyenangkan ketika ada Ken dan Shely yang selalu bercanda ria di sana?

Cindy berjalan menyusuri rak bagian fiksi, kedua matanya bergerak naik turun mencari-cari judul novel yang menarik untuk dibaca. Pas sekali, ada sebuah buku karangan penulis terkenal yang sudah lama ingin Cindy baca. Namun, letaknya yang terlalu tinggi membuat Cindy sedikit kesusahan menggapainya.

"Akh!" Cindy meringis ketika merasakan nyeri di pergelangan kakinya ketika dia berjinjit.

Cindy melemaskan pergelangan kakinya, lalu berusaha mengambil buku yang dia inginkan tanpa berjinjit.

Namun sayangnya, Cindy masih kesulitan menggapai buku itu, hingga tiba-tiba muncul sebuah tangan lain yang lebih kekar, dengan begitu mudah menarik buku yang Cindy inginkan, keluar dari barisannya. Cindy berbalik dan terkejut begitu mendapati sepasang mata indah milik Ken berada tepat di depan matanya sendiri.

Lima detik.

Lima detik berlalu dalam hening seolah dunia berhenti berputar dan waktu berlalu begitu lambat. Sampai Cindy akhirnya menghindar ketika mendapatkan kesadarannya kembali. Ken pun langsung mundur selangkah sambil menurunkan buku yang dia ambil tadi.

Belum ada suara yang memecah keheningan diantara mereka berdua. Susah payah Cindy mengatur detak jantungnya yang mulai bergedup kencang. Apalagi saat Ken mengangkat tangan seolah-olah ingin memberikan bukunya pada Cindy.

"Nih," ucap Ken kemudian menyerahkan buku itu pada Shely yang ternyata sudah berdiri di balik punggungnya sejak tadi.

Oh, ternyata Ken mengambilkan buku itu untuk Shely, bukan Cindy.

"Thank you," ujar Shely terdengar manis. Gadis itu kemudian menyadari keberadaan Cindy di depan Ken. "Eh, Cindy?"

Cindy hanya tersenyum kaku, menatap Ken dan Shely bergantian. Ini kali pertamanya berhadapan dengan pasangan itu setelah mendengar rumor tentang hubungan mereka berdua.

Mendadak Cindy kehilangan minat bacanya pada buku itu. Yang dia inginkan hanyalah pergi dari tempat ini secepatnya.

"Lo mau baca apa? Bareng gue sama Ken, yuk, di sana," ajak Shely ramah tapi terdengar menyebalkan di telinga Cindy.

Cindy menggeleng kuat-kuat. "Nggak deh, gue laper, mau ke kantin aja," ucapnya berbohong.

Sekilas Cindy melirik Ken yang ternyata masih memandanginya, kemudian kembali tersenyum pada Shely sebelum pergi meninggalkan mereka berdua.

Sial. Sekarang Cindy benci perpustakaan.

***

Kayla menghembuskan napasnya keras-keras. "Sepi banget," keluhnya sambil bertopang dagu. Menatap meja-meja kantin yang mulai ditinggalkan penghuninya.

"Abis ini kita susul Cindy aja ke perpustakaan," sahut Shely sebelum menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

"Bukannya di perpus bakalan lebih sepi ya?" tanya Kayla.

Dini membuka mulut untuk menyahut lagi, tapi dua orang yang tiba-tiba datang meletakkan piring nasi di hadapannya membuat atensinya beralih.

"Sepi, kan, kalau nggak ada gue?" ujar Gilang penuh percaya diri sambil mencari posisi yang nyaman untuk duduk.

"Kok tumben nggak bareng Cindy?" Arka melontarkan pertanyaan yang lebih berbobot.

"Cindy ke perpus," jawab Kayla tak bersemangat.

Unperfect PrincessWhere stories live. Discover now