Tiga Puluh Tiga

359 67 26
                                    

"Bisa-bisanya lupa sama benda berharga begini. Pantesan tadi kayak ada kurang." Ken bergumam sepanjang perjalanan menuju parkiran.

Tadi pagi, dia berniat untuk mengembalikan wadah bolu yang tempo hari Cindy berikan, melalui perantara Arka. Namun, setelah berhasil menghindar dari Shely dan menyusul Cindy hingga ke kelasnya, dia malah lupa kalau kotak itu masih menggantung di setir motornya. Alhasil, dengan perasaan malu Ken segera pergi lagi untuk mengambilnya.

"Nah, ini dia." Ken meraih sebuah plastik kecil berisi kotak milik Cindy. Di saat yang bersamaan, tanpa sengaja dia mendengar suara ribut dari lorong dekat parkiran.

Awalnya Ken pikir itu hanya suara dari gedung sebelah, atau suara siswa yang sedang bermain basket, karena letak parkiran yang memang berdekatan dengan lapangan basket. Namun, setelah melihat seseorang terdorong hingga jatuh keluar dari lorong, Ken tersadar kalau yang terjadi di sana bukanlah hal yang bisa di sepelekan.

Ken melihat Raja yang telah babak belur ditarik paksa untuk bangun. Namun, yang lebih mengejutkan lagi, satu dari ketiga kakak kelas itu tiba-tiba mengambil sebuah batu bata bekas pembangunan pagar parkiran yang baru selesai minggu lalu. Dan jelas sekali kalau dia berencana untuk menghantam Raja dengan benda itu.

Maka tanpa pikir panjang, Ken langsung berlari dan melancarkan tendangan pertamanya tepat di belakang kepala kakak kelas yang sedang memegang batu bata itu. Membuat dua kakak kelas sisanya dan Raja menoleh kaget ketika si kakak kelas tadi jatuh tersungkur di tanah.

Dalam kesempatan ini, Raja menggunakan kelengahan kedua kakak kelasnya untuk menendang mereka berdua sekuat tenaga. Raja lalu berdiri dan mengambil jarak aman, Ken pun juga mendekat, berjaga-jaga kalau ada yang menyerang dari belakang Raja.

Dan dugaan mereka terbukti, saat ketiga kakak kelas itu langsung menyerang secara bersamaan. Dengan sigap Ken dan Raja langsung menghindar dan menyerang dari arah yang berbeda.

Aksi baku hantam kelima cowok ini rupanya cukup berisik hingga mengundang perhatian beberapa siswa yang kebetulan lewat. Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba saja kawasan parkir ini menjadi begitu ramai.

Dan selang satu menit setelah Ken berhasil menumbangkan kakak kelas terakhir yang berkulit paling gelap, Pak Ali datang.

"KALIAN SEMUA, LANGSUNG KE RUANGAN SAYA SEKARANG!"

***

Sebenarnya Raja bingung, kenapa Ken malah ikut-ikutan menyerang para kakak kelas yang tidak ada masalah sama sekali dengannya. Ken bukan tipe orang yang suka cari ribut. Cowok itu biasanya selalu bersikap tenang dan tidak mau membesar-besarkan masalah. Itu sebabnya, Raja sempat heran saat Ken datang dan menolongnya tadi. Namun, situasi dan kondisi saat ini, tidak memungkinkan untuk menanyakan hal itu pada Ken sekarang.

"Bohong, Pak. Saya nggak malakin dia," seru protes dari kakak kelas yang berambut belah tengah.

"Diam, Brian! Nanti Bapak kasih kamu waktu untuk bicara," sela Pak Ali tegas.

"Ya elah, Pak. Bapak nggak lihat apa siapa yang lebih babak belur di sini? Bukannya udah jelas siapa yang jadi korban sebenarnya?" Kakak kelas yang bertubuh paling gelap menimpali.

"Bener, Pak." Kakak bermata sipit langsung mendukung.

"Awan, Oji, DIAM!" tegas Pak Ali sekali lagi, membuat keduanya langsung diam. Kemudian, beliau kembali memfokuskan perhatian pada Raja dan Ken.

"Apa buktinya kalau kamu emang dipalakin sama ketiga kakak kelasmu itu?" tanya Pak Ali.

Raja terdiam sejenak. Meski dompetnya sudah kosong melompong, tapi tidak mungkin Raja menjadikannya barang bukti. Bisa saja Pak Ali berpikir kalau Raja memang tidak bawa uang. Hal itu justru akan semakin membenarkan dugaan kalau Raja yang memalak kakak kelasnya.

Unperfect PrincessWhere stories live. Discover now