Enam Belas

630 169 178
                                    

Untuk kali pertama dalam sejarah hidupnya, Nia melihat Ken berkutat di depan wastafel dapur, sibuk mencuci sesuatu.

"Wah, dalam rangka apa, nih, lo sampai cuci piring segala," cetus Nia, tapi saat dilihat dari dekat, ternyata bukan piring yang sedang Ken cuci, melainkan sebuah kotak bekal.

"Sejak kapan lo suka bawa bekal?" tanyanya lagi sambil membuka pintu kulkas.

"Ini dikasih," jawab Ken singkat.

Kepala Nia yang tadinya terhalang pintu kulkas, langsung muncul kembali.

"Dikasih temen lo," imbuh Ken, seolah paham dengan apa yang akan ditanyakan Nia selanjutnya.

"Temen gue?" ulang Nia.

Setelah menyelesaikan kegiatannya, Ken berbalik menghadap Nia sepenuhnya.

"Anaknya tante Iren, dia temen lo juga, kan?"

Kedua mata Nia langsung melebar, "Cindy yang lo maksud?" setelah menyebutnya, Nia teringat pada isi chat Ken dengan teman-temannya yang sempat dia baca beberapa waktu lalu.

"Jadi cewek yang lagi lo incer itu Cindy yang itu? Cindy Claudia? Anaknya om Rudi sama tante Iren?" tanya Nia lebih detail. Dia sampai kembali menutup pintu kulkas, saking penasarannya.

Ken mengangguk. "Dunia ternyata sesempit itu."

"Wah, berarti sekarang kalian udah deket dong?" goda Nia sambil bolak-balik melirik kotak bekal yang Ken cuci tadi.

Ken sengaja menghembuskan napasnya dengan kasar. "Yang ngasih emang Cindy, tapi itu titipan dari tante Iren. Cindy anaknya cuek banget, susah dideketinnya," keluhnya.

Nia tertawa geli. "Kalau soal itu, gue nggak kaget, sih. Dia memang rada jutek," ujarnya lalu kembali membuka pintu kulkas, mengambil sebotol minuman dingin dari sana.

"Beda banget sama tante Iren," komentar Ken sambil berjalan menjauh, hendak meninggalkan dapur.

"Ya jelas, orang anak angkat," timpal Nia.

Ken berbalik, menghadap kakaknya yang kini menduduki salah satu kursi di meja makan. "Gelap banget bercandaan lo," ucapnya tak percaya.

"Ya udah kalau nggak percaya," sahut Nia santai.

"Jadi dia beneran anak angkat?" tanya Ken masih tidak percaya.

"Iya, Ken."

Ken menarik kursi dan duduk di sebelah Nia. "Terus nyokap aslinya dimana?"

Nia terdiam sebentar, lalu menjawab dengan suara yang lebih pelan, "udah meninggal."

Ken sangat terkejut saat mendengarnya. Pikirannya langsung melayang pada kejadian kemarin sore di rumah Cindy, ketika Ken memberitahunya alasan kenapa Ken tidak pernah berada di rumah sakit milik papanya.

Saat menjelaskan alasannya, ekspresi Cindy langsung berubah total, membuat Ken cukup paham kalau gadis itu mengetahui fakta bahwa mama Ken telah tiada. Apa saat itu secara tidak langsung Ken juga telah mengingatkan gadis itu pada kepergian ibu kandungnya?

"Ken, lo inget nggak, waktu mama meninggal, keluarga kita bener-bener ngerasa kehilangan," kenang Nia setelah sekian detik ruang dapurnya hanya diisi keheningan, karena Ken hanya diam saja.

"Waktu itu kita sedih banget, sampai-sampai milih buat pindah rumah, cari suasana baru," lanjut Nia.

Setelah mendengar ucapan Nia, Ken jadi tersadar, kalau kehadiran Cindy telah berdampak banyak dalam hidupnya. Buktinya, sekarang Ken sudah tidak begitu sedih saat disinggung perihal kepergian mamanya.

Unperfect PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang