Empat Puluh Dua

72 12 0
                                    

Dari puluhan peserta di babak penyisihan, hanya diambil sepuluh peserta setiap bidangnya untuk besok kembali beradu. Dari tujuh peserta SMA Tunas Bangsa, hanya empat yang berhasil lolos menuju babak final yaitu Ken, Cindy, Bima dan Shely.

Seusai melihat pengumuman, seluruh peserta dipersilahkan untuk menikmati hidangan makan malam yang disajikan secara prasmanan. Terdapat sebuah meja panjang dengan nasi dan berbagai menu masakan khas Indonesia.

"Wah banyak seafood nih, lo nggak ngambil ini, Cin?" tawar Bima sambil mengangkat sendok prasmanan berisi cumi goreng. Dia kebetulan berada di depan Cindy saat mengantri giliran untuk mengambil lauk.

Cindy hanya menggeleng singkat, gadis itu memilih capcay untuk makan malamnya.

"Yee kurang gizi lo makan capcay doang, minimal tambah cumi goreng tuh," cibir Bima yang Cindy abaikan begitu saja.

Setelah mengisi piring, Cindy dan Bima kembali ke mejanya.

"Halo, gue boleh duduk di sini nggak?" Clay muncul dari belakang Cindy.

"Oh, boleh-boleh."

Bima yang menjawab. Cowok itu bahkan langsung berdiri dan menarikkan kursi yang berada di sebelahnya. Dia sudah tau kalau gadis cantik itu adalah sahabat Ken.

"Thank you," ucap Clay yang berhasil membuat Bima begitu sumringah.

Tak lama setelahnya, Ken ikut bergabung di meja mereka.

"Ken, lo tau nggak, dari sekian banyaknya makanan, Tuan Putri lo itu cuman ngambil capcay, emang kenyang apa ya?" Lagi-lagi Bima mengomentari makanan Cindy.

Cindy menghela napas sebelum kemudian berkata, "nanti malem gue mau belajar, takut ngantuk kalau makan kekenyangan."

Ken menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lo yang makannya nggak bener, Bim. Kayak nggak dikasih makan seminggu."

Bima menyengir. "Ini amunisi gue buat belajar nanti malem." Dia lalu melirik makanan Clay yang ternyata juga sama dengan Cindy.

"Kalau gue emang nggak bisa makan seafood. Gue alergi." Clay berbicara sebelum Bima mengomentari makanannya juga, karena dia sudah siap menyendok capcaynya ke dalam mulut.

Cindy menoleh. "Eh, jangan dimakan."

"Kenapa?" tanya Clay.

"Kayaknya capcay ini pake saus tiram. Bisa bahaya kalau lo alergi."

Clay langsung meletakkan sendoknya kembali. "Astaga gue nggak tau, untung lo bilang."

"Bim, nasi lo kan udah banyak banget, mending ini makaroni buat Clay aja. Nggak akan cukup perut lo makan segini banyak."

Karena Bima tak protes, maka Cindy segera mengambil sekotak makaroni schotel di sebelah piring Bima kemudian memberikannya pada Clay.

"Thank you, Cin. Thank you, Bima," ucap Clay seraya tersenyum.

"Untung ada calon pacar gue yang pinter, kalau nggak lo bisa pingsan abis makan capcay," cibir Ken pada Clay.

"Gue bukan calon pacar lo ya," protes Cindy.

"Aduh, jangan mulai lagi deh, mending sekarang kita makan aja, biar nggak keburu dingin nih makanan gue." Bima bersuara di waktu yang tepat, sebelum Ken dan Cindy kembali berdebat hal yang menurutnya begitu sepele. Sementara Clay hanya terkekeh pelan sembari melihat Ken dan Cindy bergantian.

Tak lama setelahnya, Shely dan beberapa siswa dari SMA Tunas Bangsa ikut bergabung di meja mereka.

***

Unperfect PrincessDonde viven las historias. Descúbrelo ahora