Sepuluh

814 263 194
                                    

Cindy duduk di pinggiran gazebo sambil memandangi ikan koi di bawahnya. Sekarang sudah lewat lima belas menit dari jam pulang sekolah, berarti sisa lima belas menit lagi waktu istirahatnya sebelum berlanjut ke pembinaan olimpiade.

Suara langkah kaki yang semakin mendekat membuat Cindy menoleh. Sudut-sudut bibirnya otomatis terangkat, menyadari kehadiran Raja yang kini sudah duduk di sebelahnya.

"Nih." Raja memberikan sebungkus roti kepada Cindy.

"Buat gue?" tanya Cindy sumringah.

"Buat ikannya," canda Raja.

"Gue laporin pak Ali ya, kalau lo suka ngasih makan ikan sembarangan," gerutu Cindy sebal.

Raja tertawa pelan, tangannya terangkat untuk mengacak poni yang membuat gadis di dekatnya berkali-kali lipat lebih imut. "Bercanda, itu buat lo, mana tahu lo kelaperan waktu belajar soal perpajakan nanti."

Senyum Cindy yang sempat pudar, kembali merekah seperti semula.

"Seminggu ini gue ke sekolah cuma buat ngasih surat dispen dan tugas aja," jelas Raja.

"Udah tahu," sahut Cindy, "tadi Satria nitipin tugasnya ke gue."

"Oh iya, kapten basketnya kan sekelas sama lo," ujar Raja baru ingat.

Cindy diam sejenak. Meski terlihat seperti biasa, dia menyadari ada sesuatu yang berbeda dari raut wajah Raja saat ini.

"Kenapa lo nggak bales chat gue kemarin?" akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulut Cindy.

Raja tidak lekas menjawab sampai Cindy kembali bersuara. "Gue pikir lo marah sama gue."

"Nggak kok," jawab Raja cepat, "Cin, jangan pernah chat gue lagi ya."

Cindy mengernyit heran. "Kenapa?"

"Pokoknya jangan hubungi gue," kata Raja kemudian bangkit dari duduknya. Cindy pun melakukan hal yang sama.

"Memangnya kenapa? Hp lo rusak? Atau hilang?" tanya Cindy bingung.

Di waktu yang bersamaan, ponsel Raja berdering. Menandakan kalau ponsel cowok itu dalam keadaan baik-baik saja. Sebuah panggilan masuk dari pelatih basketnya bisa Cindy lihat di sana.

"Gue duluan ya," pamit Raja sambil menggunakan airpod di telinga kirinya. Tanpa menunggu jawaban Cindy, dia buru-buru berlari menuju koridor depan.

"Raja!" panggil Cindy percuma. Langkahnya baru sampai di tengah jembatan gazebo sedangkan Raja sudah tak terlihat lagi di belokan koridor.

Cindy berdecak kesal. Raja belum menjawab pertanyaannya dengan jelas. Kenapa Cindy tidak boleh mengirim pesan padanya?

***

"Pokoknya lo harus datang ke turnamen basket minggu depan!"

Ken menjauhkan ponsel dari telinganya untuk beberapa saat, lalu menempelkannya kembali. "Nggak usah teriak-teriak, gue nggak budek!" sahutnya kesal pada si penelepon, Tio.

"Dateng ya, Ken. Nanti kita ketawain bareng kalau Tio bikin SMA Nusantara kalah!"

Suara berat Tio kini berganti menjadi suara cempreng milik Clay.

"Emangnya elo, main bekel aja nggak becus."

"Mau tanding bekel lo sama gue?"

"Lo nantangin gue?"

Ken tertawa pelan mendengar perdebatan tidak penting dari kedua sahabatnya. Entah apa jadinya mereka berdua tanpa Ken sebagai penengah di sana.

Seorang guru tiba-tiba melintas, Ken menurunkan ponselnya kemudian membungkuk dengan sopan. Saat kepalanya kembali tegak, tanpa sengaja wajahnya menghadap ke arah gazebo.

Unperfect PrincessDonde viven las historias. Descúbrelo ahora