Tiga Belas

648 191 184
                                    

Papa Raja yang sejak tadi menjadi penonton, akhirnya bangkit berdiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Papa Raja yang sejak tadi menjadi penonton, akhirnya bangkit berdiri.

"Raja, kamu ini nggak sopan. Lepasin Clay sekarang!" tegas Papa Raja.

Raja mendengus. "Nggak," balasnya garang.

Cengkeraman tangannya pada lengan Clay semakin erat hingga dalam satu tarikan saja, Clay langsung berdiri dari kursinya. Raja segera membawa gadis untuk menjauhi papabya.

Clay yang masih bingung dengan situasi yang dia hadapi, hanya mengikut kemana Raja membawanya.

"Raja!" panggil sang Papa berharap bisa menahan, tapi nyatanya gagal. Baru dua langkah Papa Raja keluar dari kursinya untuk mengejar, ponsel yang dia tinggal di atas meja makan malah berdering nyaring.

Buru-buru Papa Raja berbalik meraih ponselnya. Sebuah panggilan dari salah satu rekan bisnis yang terpampang jelas di layar, membuat niat awalnya jadi urung. Dia lebih memilih untuk menerima panggilan yang menurutnya lebih penting.

Raja menggunakan kesempatan untuk semakin cepat menjauhi ruang makan, membuat Clay mulai kesusahan mengikutinya. Dia harus sedikit berlari agar bisa menyamakan langkah dengan Raja.

"Iya, iya gue pulang, lepasin dong," ucap Clay menyerah, tapi Raja mengabaikannya.

Baru setelah mereka menapakkan kaki di garasi, Raja melepaskan genggamannya. Clay langsung mengusap-usap lengannya yang terasa agak sakit. Sementara Raja sedang membuka pintu mobil untuknya.

"Masuk," suruh Raja dengan intonasi yang jauh dari kata tenang.

Clay merengut. "Gue pamit dulu lah," protesnya.

"Masuk!" Raja malah semakin meninggikan suaranya.

Clay berdecak. Dia akhirnya menuruti perintah Raja meski terkesan tidak sopan karena belum berpamitan dengan Papa Raja. Rasanya juga tidak mungkin kembali ke ruang makan kalau keadaannya sudah serunyam ini.

***

Sepuluh menit berada di perjalanan menuju rumah Clay, selama itu pula Clay menunggu sampai wajah yang ada di sebelahnya melunak. Tapi yang ditunggu tampaknya memang sedang marah besar. Terlihat dari rahang Raja yang semakin lama malah semakin mengeras.

Sudah hampir setengah tahun dia tidak bertemu dengan Raja. Tentu dia sangat senang ketika Papa Raja mengajaknya makan malam. Dia tidak berpikir kalau hal sekecil itu akan membuat Raja marah.

"Raja," panggil Clay.

Satu detik.

Dua detik.

Tak ada jawaban.

Clay menghembuskan napas, menenangkan diri sendiri dan memantapkan niat untuk mengajak Raja berbicara. Paling tidak, dia harus menjelaskan situasi yang sebenarnya.

Unperfect PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang