Sebelas

735 231 180
                                    

"Tinggal satu pasien yang belum Papa cek, setelah itu kita pulang ya," ucap Papa Cindy lalu menerima anggukan dari putrinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tinggal satu pasien yang belum Papa cek, setelah itu kita pulang ya," ucap Papa Cindy lalu menerima anggukan dari putrinya.

Setelah papanya pergi, Cindy mengeluarkan ponsel dan membuka sebuah aplikasi chat. Dia membuka roomchatnya dengan Raja, mengecek ulang isi percakapan mereka, mencari kalimat yang mungkin membuat cowok itu tersinggung. Tapi tidak ada. Semuanya normal-normal saja sampai pengumuman seleksi olimpiade keluar.

Raja tidak membalas pesannya saat itu. Kemudian dia muncul di sekolah dan meminta Cindy untuk tidak mengirim chat padanya.

Aneh.

Saat sedang sibuk memikirkannya, pandangan Cindy mendadak gelap. Ada yang sengaja menutup matanya.

Cindy refleks berbalik. Dia terkejut saat menemukan sebuah wajah cantik yang tengah tersenyum manis menatapnya.

"Kak Nia!" seru Cindy.

"Hai, Cin." Nia mengitari kursi panjang yang Cindy tempati, lalu duduk di sebelahnya.

"Kok lo di sini?" tanya Cindy.

Sebenarnya itu bukan hal yang aneh, mengingat rumah sakit ini milik keluarga Nia. Tapi, pada hari kerja seperti sekarang, biasanya Nia ada jadwal kuliah di luar kota.

"Lagi belajar alur keuangan rumah sakit, kan semester depan gue mau magang di sini. Jadi bolak-balik gitu, besok gue balik kampus lagi," jelas Nia singkat, lalu pandangannya beralih pada bungkusan di pangkuan Cindy.

"Kaki lo belum sembuh?" tanyanya.

"Udah mendingan dibanding waktu pertama kali ketemu lo," jawab Cindy enteng.

Nia tersenyum. "Semoga cepet sembuh ya, Adik cantik."

Senyuman Nia menular pada Cindy. "Kak, kalau lo sering ke sini, berarti bisa dong ngajarin gue lagi."

"Lo ikut olimpiade lagi?" tanya Nia. Sudah paham dengan arah pembicaraan ini.

Cindy mengangguk. "Dan tahun ini SMA Nusantara juga ikut, Kak."

"Terus kenapa? Anak Nusantara juga nggak semuanya pinter kali," ujar Nia santai.

"Nggak pinternya mereka, bisa jadi peringkat 10 besar Tunas Bangsa tahu."

"Santai aja, lo pasti bisa kok."

Cindy menghela napas. Kalau saja Cindy punya otak secerdas Nia, pasti dia juga akan santai-santai saja menghadapi SMA Nusantara.

"Eh, adik gue juga sekolah di Tunas Bangsa loh," ucap Nia, teringat pada adiknya.

"Kak Nia punya adik? Kok gue nggak pernah lihat dia di sini?" tanya Cindy baru tahu.

Nia terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. "Soalnya, sejak nyokap meninggal, adik gue nggak mau lagi ke rumah sakit."

Kini giliran Cindy yang terdiam. Teringat dengan pertemuan mereka dulu yang banyak menguras air mata. Nia yang baru ditinggal mamanya, dan Cindy yang divonis menderita ruptur tendon (cedera pada otot penghubung betis dan tumit) karena kecelakaan. Dua peristiwa yang sama-sama terjadi satu tahun lalu.

Unperfect PrincessWhere stories live. Discover now