Lima Belas

642 185 193
                                    

"Mau diprint berapa kali?" tanya Ken mirip seperti tukang fotokopi di luaran

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mau diprint berapa kali?" tanya Ken mirip seperti tukang fotokopi di luaran. Cowok itu sudah duduk kembali di depan laptop.

"Empat kali," jawab Cindy sungkan.

Sebenarnya, Cindy merasa tak enak hati karena Ken selalu bersikap baik padanya. Tapi di sisi lain, Ken juga punya sifat menyebalkan dan sering kali membuat Cindy jengkel. Tak heran kalau sampai sekarang, Cindy masih enggan untuk dekat-dekat dengan cowok itu.

Cindy kembali menoleh pada mesin fotokopi. Dia bernapas lega ketika melihat lembaran kertas keluar dari samping mesin. Sementara Ken hanya diam bersandar pada kursi sambil memandangi paras cantik yang berjarak dua meter di depannya.

Agak lama rupanya mereka menunggu semua tugas makalah Sejarah milik Cindy selesai tercetak. Ditambah kondisi mesin fotokopi yang mungkin sudah waktunya diservis, membuat beberapa kertas agak lambat keluarnya.

Tadinya Cindy ingin bersikap cuek sambil menatap kertas-kertas yang keluar dari mesin. Namun ekor matanya selalu berhasil menangkap arah mata Ken yang jelas-jelas tertuju padanya. Saat Cindy mencoba melirik, ternyata memang benar kalau cowok itu sedang menatapnya.

"Kenapa ngelihatin gue?" tanya Cindy dengan nada paling ketus.

Ken tersenyum. "Cantik sih, bikin gue betah ngelihatinnya."

Cindy langsung diam. Mau menyanggah pun percuma. Cowok itu malah akan melontarkan kalimat yang lebih parah dari ini kalau Cindy masih meresponnya. Sekuat tenaga Cindy mempertahankan ekspresi datar meski jantungnya mulai berdebar tidak karuan.

Ken menyadari ada semburat merah yang muncul di wajah Cindy, entah karena malu atau kepanasan. Yang jelas, gadis itu sampai tidak sadar kalau mesin di depannya, sudah berhenti mengeluarkan kertas.

"Masih ada lagi yang mau diprint, Tuan Putri?" tanya Ken.

Barulah di saat itu, Cindy menyadari kalau mesin fotokopi sudah tidak beroperasi lagi.

"Oh, nggak." Cindy lalu buru-buru mengambil seluruh kertas yang keluar dari mesin, sedangkan Ken mencabut flashdisk yang dia yakini adalah milik Cindy.

"Aduh!"

Ken menoleh cepat ketika mendengar suara Cindy mengaduh. Tapi gadis itu justru menutupi sebagian wajahnya sambil menunduk. Ken segera mendekatinya.

"Kenapa?" tanya Ken khawatir.

"Kelilipan," singkat Cindy lalu mulai mengucek mata sebelah kirinya.

"Jangan dikucek," larang Ken sambil menarik kembali tangan Cindy.

"Tapi perih!" protes Cindy.

Dengan spontan Ken mengarahkan bibirnya ke depan mata kiri Cindy. Dengan lembut namun cepat, Ken meniup sebelah mata gadis itu.

Percobaan pertama, tampaknya gagal karena tangan Cindy masih berusaha meraih matanya lagi, tapi Ken menahannya.

Ken mengulang aksinya lagi sampai Cindy mengerjap beberapa kali. Merasa sesuatu yang membuat matanya perih, sudah tak ada lagi. Kini mata kiri Cindy terasa jauh lebih nyaman.

Unperfect PrincessWhere stories live. Discover now