#7 Rahasia Aldrin

13 0 0
                                    

BAGIAN KEDUA : JULIA


Aku masih tidak habis pikir dengan apa yang baru dikatakan oleh Raja Gormund. Bagaimana bisa Aldrin memiliki salah satu batu Burdeoux, memecahnya menjadi tiga serpihan dan menyerahkannya pada Raja Gormund? Untuk perdamaian, dia bilang? Tapi, dari mana Aldrin mendapatkan batu Burdeoux itu? Apa dia mengambilnya dari aula Darys?

Aku tidak bisa duduk diam sejak menemui Raja Gormund. Kami meminta penangguhan waktu sampai Rolan dan pasukannya sampai. Setelah itu, kami akan pergi ke pulau Magola. Hanya itu satu-satunya tujuan yang masuk akal saat ini. Alex ada di sana, aku yakin itu. Dan orang yang dia sebut Master itu pasti tahu sesuatu. Tapi aku harus tahu cerita selengkapnya dari Aldrin sebelum berangkat ke pulau terkutuk. Aku tidak mau kedatangan kami sia-sia.

"Bagaimana?" tanyaku setelah Lucia selesai mengirim pesan pada Aldrin dengan air dalam mangkuk besar yang ada di kamarnya. Alastair dan Elaine sama penasarannya denganku.

"Aku sudah menceritakan mimpimu tentang Vermon. Aldrin akan datang." kata Lucia.

"Seberapa cepat?" tanyaku lagi, sudah tidak sabar. Aku bisa mati penasaran jika tidak segera mendapat jawaban dari semua pertanyaanku.

"Malam ini, paling lama." kata Lucia.

Oke, itu cukup cepat. Aku hanya perlu bertahan satu hari lagi.

Alastair mengambil salah satu serpihan batu Burdeoux yang ada di meja. Pemuda itu memerhatikan batu transparan di tangannya dengan seksama.

"Bagaimana Aldrin bisa memilikinya?" tanya Alastair, meletakkan batu itu kembali ke atas meja.

"Itu yang ingin kutanyakan padanya pertama kali." jawabku.

Elaine yang duduk di pinggiran ranjang, menjawab, "Mungkin semua keturunan Darys memilikinya?"

Aku menggeleng, "Batu itu hanya ada tiga."

Elaine mengangguk, mengerti. "Kita sudah tahu dua. Di mana batu terakhir?"

Aku hanya menggeleng. Aku tidak tahu siapa yang memiliki batu terakhir. Jika Aldrin bisa memiliki batu kedua, itu artinya batu terakhir bisa dimiliki siapa saja.

"Jika batu itu ada di tanganmu dan Aldrin," Lucia berkata. "hanya ada satu nama lagi yang sejajar dengan nama kalian dalam pohon keluarga Darys."

Aku mengerutkan dahi, berusaha mengingat silsilah keluarga yang kulihat di Aula Darys. Ingatanku tidak terlalu bagus, tapi untuk yang satu itu, aku tidak akan lupa. "Saudaraku?" tanyaku pelan.

Lucia mengangguk. "Saudaramu."

Aku menggeram. Aldrin sialan! Aku sudah tidak sabar untuk tahu cerita lengkapnya. Tentang saudaraku, tentang batu terakhir, tentang semuanya. Astaga! Aku tidak akan bisa duduk tenang sekarang.

***

Matahari sudah mulai bersembunyi, langit yang mulanya berwarna jingga kini mulai tampak kebiruan gelap. Mana Aldrin? Aku sudah menunggu kedatangannya di puncak pegunungan Grandor bersama Vatra. Aldrin belum muncul juga. Aku mengambil sebuah batu kerikil dan melemparnya sampai sangat jauh. Mata biru Vatra yang bulat besar mengamatiku. Vatra hanya duduk diam di sampingku, sesekali ekornya bergerak-gerak.

"Kenapa dia belum sampai juga!" geramku, kembali melempar sebuah batu kerikil.

Tiba-tiba saja, aku merasakan ketenangan dalam diriku dan aku tahu Vatra sedang menyatukan benaknya denganku. Aku menoleh dan mendapati Vatra sedang memandangiku.

Aku ingin bicara, tapi kegelisahanmu membuatku tidak nyaman. katanya dalam pikiranku.

Aku melempar sebuah batu lagi. Maaf. Aku hanya sudah sangat tidak sabar untuk tahu semuanya.

VAZARD : Sang Master (Complete)Where stories live. Discover now