#26 Pertolongan

8 1 3
                                    

Vatra mengepakkan sayapnya dengan tidak sabar. Dia menukik turun dan mendarat di puncak salah satu tebing batu yang berada paling dekat dengan pantai. Kami hanya diam di atas sini, memerhatikan kapal-kapal besar itu perlahan mendekati pesisir kemudian berhenti. Sekoci-sekoci mulai diturunkan dan ratusan, tidak, ribuan prajurit mulai mendayungnya.

Begitu sekoci pertama menyentuh pantai, aku mengusap leher Vatra. Dia mengerti kode yang kuberikan, kemudian langsung membentangkan sayapnya, melambung tinggi dan menukik tajam. Secara otomatis, para prajurit terdekat langsung mengeluarkan pedang mereka masing-masing. Suara berdesing yang saling bersusulan membuat malam ini kehilangan kesunyiannya. Aku melompat turun dari punggung Vatra.

"Ini hanya aku!" kataku, mengangkat kedua tangan untuk menunjukkan aku sama sekali tidak berbahaya.

Para prajurit itu tampak ragu, tapi mereka menurunkan pedang dan menatap satu sama lain. Aku menoleh saat mendengar suara kecipak air laut saat seseorang berlari. Mataku melebar saat Lucia menekan wajahku dengan kedua tangannya yang basah dan dingin.

"Ini kau, Julia?" tanya Lucia, kaget sekaligus takut seperti baru saja melihat hantu.

Aku mengangguk kaku. Kedua tangan Lucia menghalangi kepalaku untuk bergerak bebas.

"Kau baik-baik saja? Dari mana saja kau selama ini? Apa yang terjadi padamu?" tanya Lucia cepat, tangannya masih belum lepas dari wajahku.

Aku menyentuh lengan Lucia dan menurunkan tangannya. "Aku bisa menjelaskan semuanya. Bisa kita mencari tempat untuk duduk terlebih dahulu?"

Lucia mengangguk cepat. Gadis itu terdiam saat menyadari penampilanku, kumal dan memakai tunik yang robek-robek. Lucia buru-buru melepas mantelnya dan memakaikannya padaku. Mantel beludru hitam itu menghangatkan tubuhku seketika, menutupi bagian-bagian tubuhku yang terekspos.

Mataku melebar saat menatap ke balik bahu Lucia. Ratu Irina berjalan ke arahku. Mulutku ternganga, otakku sepertinya sedikit kesulitan untuk bekerja saat melihat seseorang yang berjalan bersama Ratu Irina.

"Aku harus memanggilnya, Julia. Maaf." kata Lucia.

"Kau berhutang penjelasan padaku." bisikku di dekat telinga Lucia saat Ratu Irina dan Darys sudah semakin dekat.

Ratu Irina langsung memelukku. Dengan ragu, aku membalas pelukannya. Aku melirik ke arah Darys saat memeluk Ratu Irina. Saat Darys tidak memberikan respon apa pun, aku memejamkan mata, fokus pada pelukan Ratu.

"Kau bertemu Alex?" tanya Ratu saat melepaskan pelukannya.

Aku mengangguk lemah. "Dia..." kerongkonganku tercekat, mendadak kering. Aku berdeham. "Dia ada di kastel itu." Aku hanya menelengkan kepalaku. Ratu Irina tidak akan bisa melihat kastel yang kumaksud dari sini. Kastel itu berada di sisi lain pulau ini.

"Apa dia baik-baik saja?"

Aku diam. Aku tidak bisa mengatakan Alex baik-baik saja. Secara teknis, Alex selalu disiksa karena aku. Karena Vermon pikir bisa mengubah pikiranku dengan menyiksa Alex.

"Dia...baik-baik saja." jawabku terbata-bata.

Ratu Irina menatapku, memandang jauh ke dalam mataku. Entah apa yang dia cari. Aku menunduk untuk menghindari tatapannya yang mengintimidasi. Aku mendongak saat Ratu menyentuh daguku, membuatku harus menatapnya.

"Alex akan bertahan." kataku untuk menjawab pertanyaan tersirat Ratu.

Ratu Irina mengangguk pelan, kemudian berpaling dariku. Aku masih diam di tempat saat Ratu Irina menghampiri salah satu perahu, bicara pada seorang prajurit bertubuh ramping. Meskipun berwajah tampan, prajurit itu tampak kejam karena bentuk alisnya yang mencuat ke atas. Sepertinya prajurit itu menggantikan posisi panglima sebelumnya. Prajurit itu memberi isyarat pada para prajurit lain, yang segera berbaris rapi.

VAZARD : Sang Master (Complete)Where stories live. Discover now