#23 Kaum Penyusup

7 1 0
                                    

Aku terbangun saat mendengar pukulan keras. Leherku masih terasa berdenyut akibat sengatan Virian yang melumpuhkanku. Pukulan di pintu kamarku terdengar semakin keras, menuntut perhatian. Setelah mendapatkan kesadaranku sepenuhnya, aku mendekati pintu. Seorang penyihir Burdeoux sudah berdiri di balik pintu, tampak panik.

"Master menunggumu." katanya tegas, tidak menerima penolakan.

"Aku akan segera..."

"Sekarang." tukasnya.

Akhirnya aku mengikuti orang itu menuju ruangan Master. Penyihir Burdeoux itu meninggalkanku di depan pintu yang mengarah ke ruangan Master. Setelah menghela napas panjang, aku membuka pintunya. Sudah ada Virian di dalam sana dan penyihir Evilium yang sibuk mendesis di belakang singgasana Master. Aku membungkuk saat menghadap Master yang tampak sangat marah. Aku kembali menegakkan tubuh.

"Jelaskan padaku bagaimana Julia bisa lolos?!" teriak Master.

Julia lolos? Aku melirik Virian, tapi tampaknya gadis itu juga kebingungan. Wajahnya pucat dan khawatir. Mantranya gagal?

"Entah bagaimana sihir yang mengisolasi ruangan itu lenyap, Master. Maaf."

"Jadi, maksudmu sihir di ruangan itu tiba-tiba lenyap dan Julia bisa menggunakan kemampuan sihirnya lagi?"

Virian mengangguk ragu.

Aku tersentak saat Master mengangkat tubuh Virian dengan kekuatan yang tak kasat mata. Virian berusaha keras untuk melepaskan diri dari genggaman Master. "Bukankah aku sudah memberitahumu? Aku ingin sihir yang sempurna!" katanya, melemparkan tubuh Virian ke sudut ruangan.

"Aku ingin kalian mencarinya!" perintahnya tegas. "Bawa dia kembali ke sini hidup-hidup!"

Aku mengangguk, "Baik, Master."

Aku menghampiri Virian dan membantunya berdiri, lalu keluar dari ruangan Master. Tubuh gadis itu gemetar. Virian menyingkirkan tanganku dari bahunya saat kami sudah berada di luar ruangan. Dia tampak kesal dan kecewa.

"Bagaimana Julia bisa kabur?" tanyaku. Apa Lucia membantunya?

Virian tersenyum sinis, "Bukankah ini yang kau inginkan? Bukankah kau yang membantunya?" tuduh Virian.

"Kau membuatku tidak sadarkan diri semalaman. Bagaimana caranya aku bisa membantu Julia kabur?"

Rahang Virian mengeras, "Cari dia sampai dapat."

***

Aku menaiki tangga menuju menara, dua dua sekaligus. Starlight masih terlelap saat aku sampai di puncak menara. Aku mendekat dan mengusap sisi tubuh berbulunya yang hangat. Aku bisa merasakan otot-otot di sisi tubuhnya menegang saat menyentuhnya. Tidak lama, Starlight membuka mata. Dia menguap, membuka mulutnya lebar-lebar kemudian melirik malas ke arahku. Starlight meletakkan kembali kepalanya, menatapku dengan mata masih setengah menggantung.

"Aku rasa jam tidurmu sudah selesai." kataku pelan, masih mengusap sisi tubuhnya.

Srarlight menguap lagi, tapi kali ini kucing besar itu mengangkat kepalanya. Kedua matanya mengerjap pelan. Aku melangkah mundur saat Starlight mengangkat tubuhnya dan mengibaskan bulu-bulunya. Setelah yakin Starlight siap, aku mendekat. Aku melompat naik ke atas punggungnya. Starlight mencondongkan tubuhnya ke depan, lalu melompat terbang dengan kedua sayapnya yang merentang lebar. Aku memejamkan mata saat angin dingin menerpa wajahku dengan keras.

"Kita harus terbang lebih rendah." bisikku di dekat telinga Starlight.

Starlight menutup sayapnya dan menukik tajam. Saat kami sudah berada beberapa meter dari tanah, Starlight meluruskan tubuhnya dan membuka sayapnya lagi. Kami berada tepat di atas hutan Beladonna. Tapi, tampaknya hutan itu rusak di salah satu sisi. Beberapa pohon tumbuh terlalu subur sampai akarnya merusak tanaman Beladonna yang ada di sisi itu. Mantra halusinasi di bagian itu sudah lenyap karena tanaman Beladonna di sana berkurang banyak. Aku dan Starlight mengelilingi hutan itu beberapa kali, mencari tanda-tanda seseorang di sana. Pada putaran ketiga, aku melihat Virian dan Ismirath-nya keluar mulut gua di sisi barat. Aku menepuk leher Starlight untuk menghampiri Virian.

VAZARD : Sang Master (Complete)Where stories live. Discover now