#30 Perisai Imajiner

5 1 0
                                    

BAGIAN KE TUJUH : ALEX


Itu adalah tanda bahwa aku harus segera memimpin pasukanku, melakukan penyerangan. Aku masih diam saat terompet ditiup untuk yang kedua kalinya. Pasukan penyihir Burdeoux masih tetap berbaris rapi di belakangku, menunggu komando. Aku pun menunggu. Menunggu Master lelah dengan semua kekacauan ini dan akhirnya memberiku perintah baru: tangkap Julia dan bebaskan yang lain. Setidaknya, dengan begitu aku tidak perlu membunuh kaumku sendiri.

Terompet kembali mendengung, harapanku hanya ilusi. Master tidak memberikan perintah baru. Aku tetap harus melawan kaumku sendiri. Aku menoleh ke kiri, Virian menangkap pandanganku saat kami bersitatap.

"Bersiaplah." katanya ringan, lalu merapalkan mantra tak kasat mata. Virian dan Ismirath-nya lenyap.

Aku hanya merasakan embusan angin di sisi kiri wajahku saat Ismirath yang ditunggangi Virian mulai mengepakkan sayap. Sesaat setelahnya, aku mengusap leher Starlight, memberi isyarat padanya untuk mulai berlari. Kali ini, kami tidak akan terbang. Terbang tidak akan ada gunanya. Starlight berlari sangat kencang, melewati jembatan kayu yang sudah retak-retak nyaris hancur karena diinjak-injak oleh ratusan Globator. Aku mengangkat tangan kananku, memerintahkan para Ismirath yang sudah tidak berpenunggang untuk turun dan bergabung bersamaku, bersama pasukanku. Satu per satu Ismirath itu menukik turun dan menjajari Starlight.

Aku mengusap leher Starlight lagi, lalu dia berhenti. Aku hanya duduk di punggung Starlight, mengamati wajah-wajah lawanku yang tampak terperangah melihat kehadiranku. Barisan mereka sudah rusak, tidak lagi rapi seperti seharusnya. Beberapa tubuh prajurit kaum Orsenvezk tampak tergeletak di tengah-tengah medan pertempuran, tak bernyawa. Aku bisa merasakan sensasi perih di belakang mataku saat menatap satu per satu tubuh tak bernyawa itu.

Aku mendongak, mencari Julia. Dia berdiri kaku di antara tebing batu. Penampilannya sudah jauh lebih baik dari saat terakhir kali aku melihatnya di ruangan Master. Aku mengalihkan perhatianku pada barisan prajurit yang masih berdiri mematung. Lalu, mataku menangkap sosok Ratu. Bibiku. Aku mengenali raut wajahnya. Raut sedih dan kecewa yang bercampur di wajahnya. Rahangku mengeras saat berusaha menahan sensasi perih di balik mataku yang tiba-tiba muncul lagi.

Selama beberapa saat, tidak ada yang mengambil tindakan. Tidak ada sihir. Tidak ada komando untuk menyerang. Hanya keheningan yang terasa menyesakkan. Aku pikir, aku bisa menghindari ini. Aku bisa duduk diam saja di sini sampai keadaan membaik. Tapi, perintah adalah perintah.

Jangan ada yang tersisa dari pasukan sialan itu! Suara Master menggema di kepalaku, menciptakan denyutan menyakitkan di setiap sel tubuhku. Jangan ada yang tersisa!

Genggamanku pada gagang pedang mengerat, siap mengayunkannya kapan pun. Aku berusaha menahan tanganku, tapi gagal. Jangan ada yang tersisa! Perintah itu seperti sebuah tali tak kasat mata yang mengikat tubuhku dan mengendalikannya sesuka hati.

Aku masih berusaha menahan diri, sampai akhirnya Virian datang. Aku tidak benar-benar melihatnya datang. Hanya suara kepakan sayap yang diikuti suara berdebum nyaring saat Ismirath tak kasat mata menjatuhkan tubuh seekor Zith merah besar ke tanah. Leher Zith itu robek dan mengalirkan darah segar yang tampak gelap di bulu merahnya.

"Vatra!" Aku mendongak saat mendengar suara Julia. Suara nyaring yang gemetar.

Detik berikutnya, Julia sudah berlari ke arah makhluk merah itu. Di belakangnya, prajurit kaum Orsenvezk mengikuti dengan pedang terhunus. Itulah tanda bagiku untuk memulai pertarungan.

***

Starlight dan puluhan Ismirath lain yang bersamaku langsung berlari, menerjang ribuan pasukan yang berniat menyerang. Selama satu detik, aku merasa semuanya hening, sampai akhirnya suara raungan Ismirath memenuhi telingaku. Aku mengayunkan pedang dari punggung Starlight, berusaha menebas kepala seorang prajurit yang hendak menjatuhkanku. Pedangku memantul. Ada yang melindungi prajurit itu.

VAZARD : Sang Master (Complete)Where stories live. Discover now