#16 Penjara Batu

10 0 0
                                    

Virian terkesiap saat aku membuka pintu kamarnya dengan kasar. Alih-alih ketakutan, gadis itu tersenyum dan mendekatiku. "Tidak perlu buru-buru. Kita punya banyak waktu."

Aku menyentakkan tangan saat Virian menyentuh lenganku. Mata Virian melebar, lalu bibir merahnya kembali membentuk senyuman.

"Bagaimana caranya membuka pintu ruangan itu?" tanyaku tegas.

Senyum di wajah Virian memudar. "Ruangan?"

"Aku menemukan Julia di ruangan tersembunyi. Bagaimana caranya aku masuk?"

Mata Virian berbinar-binar, menatap mataku dengan penuh kemenangan. "Mungkin jika kau meminta dengan cara baik-baik, aku akan memberitahumu."

Aku bergeming, mempelajari wajah perempuan yang berdiri di hadapanku, tatapan matanya begitu menantang. "Bisa kau tunjukkan caranya masuk ke ruangan itu? Tolong." kataku dengan suara lebih lembut.

Apa pun akan kulakukan untuk bisa masuk ke ruangan itu. Virian pasti sudah melakukan sesuatu pada Julia yang membuatnya tidak sadarkan diri. Melatihnya. Kata itu masih menggema di kepalaku. Virian hanya memiliki satu cara untuk melatih pelayan baru Master: mencambuknya sampai hampir mati.

Bibir merah Virian membentuk sebuah lengkungan, kedua tangannya meremas kerah tunikku. Aku menggenggam pergelangan tangan Virian untuk melepaskannya, tapi cengkeraman Virian begitu kuat. Dia menarik tubuhku, mendekatkan bibir merahnya ke telingaku. "Sudah aku bilang, kau harus meminta dengan cara baik-baik." bisiknya.

Tubuhku menegang setiap kali mendengar bisikan Virian di telingaku. Aku berusaha mengalihkan pandanganku saat Virian memundurkan wajahnya dan menatapku. Tangan gadis itu menangkap wajahku, memaksaku menatapnya. Aku hanya diam, menatap tepat ke kedua matanya yang berada begitu dekat dengan wajahku. Saat aku bergeming, Virian melepaskan wajahku.

"Apa yang membuatmu begitu peduli pada manusia itu?"

"Beritahu aku bagaimana caranya." kataku pelan.

Virian hanya mencibir, "Kau tidak memberikan apa yang aku inginkan. Jangan harap aku akan memberikan apa yang kau inginkan."

Aku menghela napas panjang, berusaha memutuskan apa yang harus kukatakan. "Apa yang kau inginkan?" tanyaku.

Virian mengambil kursi kemudian duduk, menyandarkan punggungnya dan menatapku. "Kau belum menjawab pertanyaanku. Apa yang membuatmu begitu peduli pada manusia itu?"

Ada begitu banyak jawaban untuk pertanyaan itu. Virian mengangkat sebelah alisnya selama menunggu sebuah jawaban keluar dari mulutku. Apa yang membuatku peduli pada Julia? Karena dia memilih untuk membantuku, membantu kaumku. Karena dia tidak seharusnya berada di sini dan mengalami hal-hal buruk ini. Karena sudah tugasku untuk melindunginya.

"Karena aku berhutang budi padanya." jawabku.

Virian hanya tertawa, "Kau benar-benar bodoh, Alex. Kau mengkhianati Master hanya karena hutang budi."

"Bukankah kau melakukan hal yang sama bodohnya?" tanyaku, pelan dan tegas. "Memilih setia pada Master, padahal kau bisa memilih untuk berbuat benar. Karena apa? Kau menyukai Master?"

Virian terdiam. Matanya menatapku tajam, seolah ingin menusukku dengan tatapan matanya. Virian bangkit dan menghampiriku. Rahangnya mengeras dan kedua tangannya mengepal di samping tubuhnya. "Pergi dari sini." geramnya dari sela-sela gigi yang terkatup rapat.

"Tidak akan. Sebelum kau memberitahuku caranya masuk ke ruangan itu."

Virian mencibir, "Kalau begitu berdirilah di situ sampai kapan pun kau mau. Aku tidak akan memberitahumu." katanya mantap.

Virian bergeming. Tidak ada gunanya mengancam Virian sekarang. Dia akan tetap bertahan dengan pilihannya. Aku menarik sebuah kursi, duduk di sampingnya. Kami hanya diam selama beberapa saat, berusaha menghilangkan ketegangan yang terjadi sebelumnya.

Virian bersedekap, masih menatapku dengan mata birunya yang berkilat-kilat aneh. "Apa yang kau harapkan sekarang? Kau pikir, dengan menjadi anak manis dan duduk diam di situ bisa membuatku berubah pikiran?"

Aku membencinya. Pikiran itu kembali muncul, mengingatkanku apa yang harus kulakukan pada Virian. Tapi, tidak peduli seberapa pun aku ingin membencinya, aku belum menemukan alasan yang kuat untuk itu. Aku membencinya, karena Virian memilih setia pada Master. Jika Virian berada di bawah pengaruh sihir, apa aku tetap akan membencinya? Aku harus membenci Virian karena dia memiliki pilihan, sedangkan aku tidak.

"Aku pikir, jika kita bisa sepakat, kau bisa memberitahuku mantra untuk membuka pintu ruangan itu." kataku tenang, mengubur dalam-dalam semua emosiku.

"Sepakat? Kau sedang bernegosiasi denganku?" Virian mencondongkan tubuhnya, menyeringai. "Kau akan melakukan apa pun untuk mendapatkan mantra itu, ya?"

Bukan pertanyaan yang memerlukan jawaban.

Virian kembali menyandarkan tubuhnya, "Jika aku memberikan mantra itu padamu, apa yang akan kau lakukan?"

Apa yang akan kulakukan? Aku belum memikirkan hal itu. Aku hanya ingin menemui Julia, memastikan dia baik-baik saja.

"Kau tidak tahu." Virian menjawab pertanyaannya sendiri.

Virian mengedikkan bahunya, kembali bersedekap. Mata birunya menangkap wajahku dengan sempurna. Dia tersenyum. Aku harus membencinya. Tapi setiap kali melihatnya, aku tidak lagi yakin kenapa aku harus membencinya. Hanya Virian yang bisa membantuku. Membencinya tidak akan memberiku keuntungan apa pun.

"Dengar Alex, kau membuang-buang waktumu." Virian bangkit dari kursinya, berbalik. "Sudah saatnya melatih manusia itu."

Aku hanya bisa memikirkan satu hal untuk mendapatkan mantra itu. Satu hal yang sejak tadi terpancar dari gerak tubuh Virian.

Aku bangkit, menarik lengan Virian dan memutar tubuhnya. Dengan satu gerakan, aku menangkup wajah Virian dan menciumnya.

"Aperios aculus." bisik Virian saat aku melepaskannya.

Aku dan Virian langsung menjauh saat mendengar suara ketukan pintu. Seorang penyihir Burdeoux wanita masuk setelah ketukan kedua. Dia tampak terkejut saat melihatku, tapi berhasil menguasai diri.

"Master memanggil kalian. Sudah saatnya." kata wanita itu.

Penyihir Burdeoux itu keluar setelah Virian mengangguk.

"Manusia itu harus dilatih." kata Virian setelah wanita itu keluar.

Melatih Julia. Sebuah perintah lain yang tidak bisa kulanggar. Aku gagal melindunginya.

VAZARD : Sang Master (Complete)Where stories live. Discover now