#1 Starlight

110 2 0
                                    

BAGIAN PERTAMA: ALEX


Ternyata butuh lebih dari sekadar berhenti makan untuk mati. Aku menelan sepotong demi sepotong roti gandum tanpa minat. Aku mengamati satu per satu wajah penyihir Burdeoux yang ada di ruang makan. Mereka tampak normal. Tidak akan ada yang mengira mereka berada di bawah pengaruh sihir. Sihir sialan yang mengikat kami untuk setia pada Master Vermon.

"Makan ini." Sepiring daging asap diletakkan di hadapanku.

Aku bergeming. Menelan sepotong roti gandum hambar terasa lebih sulit saat melakukannya dengan terpaksa. Daging asap itu sama sekali tidak menarik perhatianku.

Aku menatap Virian dengan ekor mataku. Gadis itu mengambil tempat di sampingku. Mata birunya mengarah pada sepiring daging asap itu, lalu dia mengambil satu. Aku mundur saat Virian mendekatkan daging asap itu ke bibirku.

"Ck." Akhirnya Virian memakan dagingnya. "Hanya makan roti gandum tidak mengubah apa pun, kau tahu? Kau butuh banyak energi untuk kekuatan sihirmu." katanya. Dia terdengar peduli dan tidak peduli di waktu bersamaan.

Virian tersenyum, membuat tulang pipinya semakin menegaskan sifatnya yang keras. Aku berpaling saat gadis itu menggigit dagingnya lambat-lambat.

"Aku tidak pernah menginginkannya." kataku pelan, masih berusaha menghabiskan sepotong roti gandum. Aku ingin segera pergi dari tempat ini. Ke mana pun, selain tempat ini. Selain bersamanya.

Virian tertawa ringan. "Bodoh." umpatnya pelan. "Kekuatan itu sudah bersarang di tubuhmu. Kau ingin atau tidak, kau tetap memilikinya di tubuhmu."

Aku meletakkan sisa potongan roti gandum, mendadak kehilangan minat sama sekali. Virian menegakkan tubuhnya saat aku menoleh. Aku hanya diam, menatap mata biru cemerlang gadis itu selama beberapa saat. Aku membencinya. Mataku tidak menerima pesan itu dengan baik. Aku tidak bisa berpaling darinya. Aku membencinya. Virian tersenyum saat aku bangkit. Bibir merahnya membentuk lengkungan sempurna. Tapi hanya dia yang bisa membantuku.

Tanpa mengatakan apa pun lagi, aku meninggalkannya. Aku berhenti saat Virian berkata lantang, "Master memberimu tugas baru."

Saat dia tidak mengatakan apa pun lagi, aku melanjutkan langkahku.

Waktu istirahat sudah berakhir. Aku kembali melaksanakan tugasku mengawasi para Globator menggali parit dalam yang mengelilingi tembok luar kastel. Aku mendongak, menatap kabut pekat yang melingkupi seluruh pulau. Kabut memuakkan. Bernapas terasa menyesakkan di sini. Aku ingin mati. Itu yang berusaha kulakukan sejak pertama kali menginjakkan kaki di Pulau ini. Tapi, Master Vermon menghalanginya. Atau, sihir yang bersarang di tubuhku yang menghalanginya. Hanya Virian yang bisa membantuku.

Suara lecutan menyadarkanku. Aku menoleh demi mendapati Virian sudah berdiri di sampingku. Tubuh rampingnya dibalut seragam kulit hitam dengan garis merah di kedua bahunya, rambut hitamnya dikepang asal-asalan.

"Kurang makan membuatmu tidak bisa melakukan apa-apa, eh?" Virian berbisik di dekat telingaku. Aku bergeming, membiarkan suaranya menciptakan sensasi aneh dalam diriku. "Kau membuat mereka semakin malas." katanya dengan suara lebih keras.

Virian melenggang pergi diikuti sebuah lecutan cambuk di tanah. Para Globator menggeram kesal saat melihat Virian dengan cambuknya. Monster-monster itu sedang membuat parit dalam yang mengelilingi tembok luar kastel.

"Master Vermon mengawasi kalian melalui aku! Berhenti bermalas-malasan dan selesaikan pekerjaan kalian!" Suara Virian lantang dan tegas. Aku tidak tahu fase pelatihan apa yang harus dilewati Virian sampai terbentuk karakter tangguh seperti itu.

VAZARD : Sang Master (Complete)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin