#4 Serpihan Batu Burdeoux

17 1 1
                                    

Starlight sangat menghargai usahaku. Aku berburu rusa di bagian barat pulau. Bagian pulau yang terpisah, hanya berupa tebing tinggi yang dipenuhi pepohonan. Sangat bertolak belakang dengan pulau Magola yang hanya dipenuhi dataran gersang dan tebing-tebing batu yang tidak terlalu tinggi.

Taring panjang Starlight mengoyak tubuh rusa gemuk yang berhasil kutangkap tadi pagi. Selera makannya sudah kembali. Setelah mendapatkan tenaganya kembali, Starlight akan bisa berburu untuk dirinya sendiri.

Aku lebih memilih mengawasi keadaan di sekeliling kastel daripada memandangi cara makan Starlight. Secercah cahaya terlihat di langit, menembus kabut yang hari ini terlihat lebih tipis dari biasanya. Aku menatap secercah cahaya itu cukup lama, sampai akhirnya kabut pekat kembali menebal.

"Aku rasa waktu makanmu sudah habis."

Starlight menggeram rendah, menatap sisa-sisa daging rusanya kemudian menatapku.

"Ada banyak tugas untuk kita hari ini."

Starlight mendorong sisa-sisa daging rusa dengan taring kirinya kemudian bangkit. Suara raungannya membuat pendengaranku sedikit sakit. Starlight menekuk dua kaki depannya. Aku melompat dan duduk nyaman di punggungnya. Setelah menggeram, Starlight melompat tinggi, melewati dinding menara benteng dan mengepakkan sayapnya yang lebar. Udara pagi terasa dingin di wajahku saat Starlight menghentikan kepakan sayapnya dan menukik turun.

Kami bergabung bersama Virian dan pengawas lain yang sudah terbang lebih dulu. Hutan di bawah kami tampak bergerak-gerak kacau saat kepakan sayap Ismirath menciptakan angin yang cukup kencang. Setelah memutuskan titik-titik yang harus dimantrai, kami berpencar. Aku akan memantrai hutan bagian belakang kastel.

Setelah menghela napas panjang, aku mengulurkan tangan. Cahaya hitam memancar keluar dari telapak tanganku, bersamaan dengan itu, sensasi panas dan denyutan menyakitkan menjalar di seluruh tubuhku. Kabut putih memenuhi hutan Beladonna saat mantraku menyentuhnya. Setelah seluruh bagianku selesai dimantrai, cahaya hitam di telapak tanganku lenyap.

Aku merunduk dan menyandarkan tubuh pada Ismirath. Seluruh otot di tubuhku berdenyut dan napasku terengah-engah. Menggunakan sihir sebanyak itu bisa menghabiskan hampir seluruh energi dalam tubuhku.

Ada cahaya merah pada lipatan bajuku saat aku merunduk. Cahaya merah itu berasal dari serpihan batu Burdeoux milik Julia. Saat aku menggenggam serpihan itu, sensasi hangat mengalir dalam tubuhku, menyerap sisa-sisa rasa sakit dan kelelahan. Cahaya merah pada batu itu meredup setelah seluruh energiku kembali.

"Kau sudah selesai?" Aku langsung menyelipkan serpihan batu itu kembali saat mendengar suara Virian di belakangku.

"Bagianku sudah selesai." jawabku mantap.

***

Aku memandangi serpihan batu Buredoux di tanganku. Batunya transparan. Apa saja sebenarnya kegunaan batu ini? Pertama, batu ini menyengatku, dan sekarang batu ini memulihkan energiku?

Sting. Aku membisikkan sedikit mantra yang kutahu. Batu itu tidak menunjukkan perubahan apa pun. Bagaimana Julia memunculkan sengatan itu? Mungkin, seorang penyihir Burdeoux tahu jawabannya.

Langkahku cepat dan penuh tujuan, tidak peduli siapa yang berpapasan denganku. Entah untuk keberapa kalinya batang kaca yang bergerak-gerak sendiri menarik perhatianku. Benda ajaib itu tidak pernah membuatku bosan. Setelah puas mengamati, aku langsung masuk dan mendapati Luwis sedang tertidur di kursinya yang nyaman, tersembunyi di antara rak-rak buku.

"Luwis?" panggilku. Tidak ada jawaban. "Luwis?" Aku meninggikan suara. Baru setelah panggilan ketiga, lelaki itu membuka matanya. Dia menutup buku tebal yang masih terbuka di pangkuannya, kemudian menatapku malas.

"Ah, apa yang kau inginkan Alex?" Luwis meletakkan bukunya di rak paling atas.

"Aku ingin tahu tentang batu Buredoux. Apa saja kegunaannya?"

Luwis kembali duduk di kursinya. "Kenapa tiba-tiba kau ingin tahu?"

Aku sedang menyusun jawaban di kepalaku saat Luwis bangkit lagi. Lelaki itu menghampiri rak kedua, mencari-cari sesuatu pada setiap baris raknya. Dia menemukan apa yang dia cari di baris paling bawah, sebuah buku bersampul merah tua. Luwis menyerahkan buku itu padaku.

"Aku tidak peduli apa alasanmu. Kembalikan buku ini setelah kau selesai."

"Terima kasih." kataku sebelum keluar.

Buku itu berisi tentang sejarah kaum penyihir Burdeoux. Sebagian besar bercerita tentang masa perdamaian, saat Borin masih menjadi pemimpin Vazard dan Raja Avaro sebagai penasehatnya. Aku melewati cukup banyak halaman untuk sampai pada bagian yang kucari. Sejarah penciptaan batu Burdeoux.

Entah apa yang merasuki Darys saat menciptakan batu ini. Batu Burdeoux hanya dapat digunakan oleh penyihir, kecuali kekuatan alaminya. Batu Burdeoux memiliki kekuatan alami yang berasal dari elemen-elemen pembentuknya. Elemen yang didapat dari Electragulja mampu memberi kekuatan listrik yang hebat. Elemen Sternvetrus mampu membuat batu itu berpendar terang seperti batu bintang. Elemen darah raja Globator membuat batu itu mampu memulihkan energi. Dan elemen daun emas membuat batu itu mampu menangkal halusinasi bagi pemiliknya.

Tidak ada informasi khusus tentang bagaimana cara memanggil kekuatan alami batu Burdeoux ini. Aku menjauhkan buku itu dari hadapanku. Buku setebal itu dan tidak memiliki informasi yang kubutuhkan. Aku memandangi serpihan batu Burdeoux di tanganku. Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku tidak tahu caranya memanggil kekuatan listrik batu ini untuk menghilangkan sihir dalam diriku. Dan aku sudah mengambil satu-satunya kesempatan Julia untuk lolos dari mantra ilusi yang ada di hutan Beladonna.

VAZARD : Sang Master (Complete)Where stories live. Discover now