43. A Passionate Night

970 103 208
                                    

Assalamualaikum pembacaku yang sabar dan setia! Gimana weekend nya?

Kalo aku sih rebahan aja 24/7.

Oh iya. Aku mau ngingetin. Maaf ya kalo misalkan di part ini banyak typo. Soalnya aku ngetiknya di laptop, kurang nyaman dan leluasa.

Kalian jangan lupa ngasih vote+komen sebanyak-banyaknya sebagai bentuk apresiasi, ya.

Selamat membaca, dan jangan lupa spam komen:)

———

Sering kali aku ingin bercerita. Tentang luka, tentang cinta. Tapi, di saat rapuh, aku justru semakin keras di hantam semesta. Aku bisa apa?
—Atilla Solana

• • •

Atilla benar-benar tak mengerti. Sungguh permainan takdir. Sejak awal menginjakkan kaki di rumah Andrea, ia pikir hal yang selama ini mengganjal di pikirannya adalah mustahil. Kendari tak sekecil yang ia pikir. Tapi, nyatanya hidupnya memang sedramatis itu.

Keterkejutannya belum hilang kala ia menemukan Bulan berada di kota ini bersama keluarga baru. Sekarang, apa ini? Bertemu Dion—mantan pacar yang membuatnya mati rasa—dengan status sebagai pacar dari sepupu Derrel?

Dion pacarnya Andrea?

Dan Andrea bilang, mereka akan lebih sering ketemu? Bisakah Atilla mati saja sekarang?

Cukup lama cewek itu berusaha keluar dari kungkungan masa lalu suram bersama Dion. Terlalu lama ia tak merasakan apa-apa. Saat semuanya kembali lebih baik, haruskah Dion datang kembali untuk meruntuhkan pertahanannya?

"A-Atilla?" Andrea membuyarkan lamunan cewek itu.

"Tau nih, ah. Dari tadi melamun mulu," cibir Derrel.

Seandainya Atilla sanggup, ia ingin membalas tatapan Dion yang diarahkan kepadanya. Ia ingin bersikap biasa saja, atau bertingkah seakan-akan tak pernah mengenal cowok itu jika bisa.

"Kenalin," Dion mengulurkan tangan ke Atilla, seakan memang ingin menyulitkan cewek itu. "Nama gue Dion."

Mata cewek itu terpejam, mengabaikan suasana bising pasar malam kala membalas uluran tangan Dion. "Nama gue Atilla."

Setelah itu, Atilla melihat Dion tersenyum. Getir. Terlalu cukup untuk mengiris hati seorang Atilla Solana.

"Kita pulang sekarang?" tanya cowok itu, berusaha mengalihkan tatapannya dari Atilla.

Setelah mendapatkan anggukan dari Derrel dan Andrea, Dion memimpin mereka ke depan, menuju mobil dan pulang ke rumah.

Apakah memang sebaiknya mereka mulai belajar saling mengenal dengan segala hal yang sudah dipaksakan berbeda?

• • •

"By, aku pamit, ya. Eh, Derrel... A-Atilla, gue pamit. Titip Andrea, ya."

Atilla tersenyum miring. Ia tak pernah menyangka bahwa berpura-pura tak saling mengenal akan semudah ini bagi ia dan Dion. Ia mengangguk, membiarkan hatinya yang lagi-lagi terasa ngilu saat Dion tersenyum kecil ke arahnya. Senyuman itu begitu kecil, sampai Atilla berpikir bahwa itu bukan senyuman.

CephalotusWhere stories live. Discover now