8. A Bet

2.9K 275 44
                                    

Kamu terlalu lancang sebagai orang asing. Mengusik dengan berbisik, memecah hening tanpa bising.
—Derrellio Rellio

• • •

Derrel memarkirkan motornya dengan rapi di tempat kosong yang masih tersedia. Atilla turun lalu menyerahkan helm pada Derrel, untuk sesegera mungkin menghilang dari sana.

Atilla tidak suka menjadi pusat perhatian. Terakhir kali dirinya menjadi pusat perhatian, itu karena Derrel. Jangan lupakan bahwa ganjarannya adalah pakaian Derrel basah akan minuman bersoda kala itu.

"Sama-sama, Atilla," ucap Derrel bermaksud menyinggung.

Atilla hanya menoleh sekilas, menatap Derrel sinis. Derrel hanya membuang napasnya kasar, lalu melangkah cepat agar bisa berdiri di sebelah gadis itu.

"Please, Derrel. Jangan ngekorin gue. Orang-orang pada liatin kita, tahu!"

"Biarin aja. Ngapain mikirin mereka?" jawab Derrel santai, lalu merangkul pundak Atilla, namun ditepis kasar olehnya.

"Ck," Derrel menggenggam tangan Atilla secara paksa, "Sini, lo harus kenal sama temen-temen gue."

"Iya, tapi ini dilepas dulu, anjrit!" sentak Atilla menghempas kasar genggaman tangan Derrel.

Mungkin Atilla tidak akan serisih dan segelisah sekarang kalau saja tatapan mata yang mengawasinya adalah tatapan mata memuja, bukan menghujat.

Bahkan, Atilla harus menahan emosi saat melihat beberapa ekspresi menyebalkan siswa-siswi sepanjang koridor yang nampak menertawakan dirinya dan Derrel. Hasrat untuk menggores wajah mereka dengan kuku-kuku tajamnya sedang ia usahakan untuk tidak terjadi. Dia tidak tertarik untuk mencari masalah dengan orang lain di sekolah.

Lain cerita kalau di tempat umum lain, seperti Mall atau klub malam.

Sebenarnya, wajar saja jika mereka menjadi tontonan yang menarik. Ada murid  baru berpenampilan aneh, jalan bersama dengan manusia yang tak kalah aneh dengannya. Mungkin mereka terlihat seperti Joker dan Harley Quinn versi jenaka, yang memang patut ditertawakan.

"Ternyata,  si gantutah itu bisa sold out juga ya,"

"Eh lihat deh, cocok kan, mereka?"

"Ancur dah nih sekolah, duo aneh jadian!"

Sekiranya kalimat-kalimat itu lah yang terdengar samar di telinga Atilla sampai dirinya masuk di kelas. Sambil meredam emosinya yang hampir sampai di ubun-ubun, Atilla memilih untuk duduk di bangkunya dan menmbenamkan wajah di kedua lipatan tangannya.

Derrel mengambil ponsel dari saku celananya.

"Kalian di mana? Tumben banget gak ke kelas gue," ucap Derrel saat teleponnya dengan Sammy sahabatnya, terhubung.

"Ini kita di kantin, bangke. Lo kan tau kalo kita-kita ini gak pernah suka sarapan di rumah. Sini cepetan, pempek Mbak Emi masih anget,"

Atilla menoleh saat Derrel tiba-tiba berdiri. "Lo mau ke mana?"

"Ke kantin manggil temen-temen gue ke sini,"

CephalotusWhere stories live. Discover now