36. Pretty Savage

869 122 37
                                    

Hai. Udah siap vote+komen sebanyak mungkin?

Kalo iya, coba deh komen dulu. Kamu umur berapa?

Kalau udah, pencet bintangnya yaa😁

Selamat membaca💐

• • •

Kita memang dekat. Pun sering menatap lekat. Karena saling terpikat, akankah kita terikat?
—Derrellio Rellio

• • •

Sudah hampir satu bulan Atilla dan kawan-kawannya menikmati libur panjang akhir semester. Tak banyak kejadian penting yang melekat di ingatan cewek itu, mungkin karena ia pun sibuk menghabiskan masa liburannya dengan berjalan-jalan bersama Derrel.

Ah, Derrel. Cowok itu bahkan sampai sekarang belum juga akur dengan ibunya perihal kejadian ciuman dengan Atilla beberapa waktu lalu. Seolah tak lagi peduli dengan apapun yang berkaitan tentang larangan orang tuanya, Derrel justru hampir tiap hari menemui Atilla.

Kini mereka semua sudah menduduki kelas tiga SMA. Atilla sudah siap menyambut kehidupannya yang jauh lebih berbeda. Ia mulai terbiasa dengan perawatan wajah yang diajarkan Daneen beberapa minggu terakhir, bahkan ia tak lagi risih jika harus keluar rumah dengan polesan make up, dan tak lagi protes jika Daneen melarangnya mengenakan pernak-pernik anehnya.

Atilla menunduk, meraih sepatu ketsnya yang tersusun rapi di rak sepatu, membiarkan rambut panjangnya tergerai indah di sisi kanan. Selain mulai mahir merias wajah, ia juga sudah mulai pandai mencatok, bahkan meng-curly bagian ujung rambutnya.

"Eh, sarapan dulu!" cegat sang Ibu saat Atilla mulai berjalan ke arah pintu.

Atilla terkekeh, lalu duduk di meja makan, tepat di hadapan sang Ibu. "Wah, akhir-akhir ini produktif banget nih, manajernya aku."

"Jangan banyak ngomong. Makan!"

"Galak banget sih," ledek Atilla lagi yang kemudian meraih selembar roti panggang untuk disantap.

Aline sibuk mengoleskan selai kacang ke rotinya sampai akhirnya ia teringat sesuatu. "Oh iya, Til. Tuh, bunga. Mama nemuin di depan pintu. Kayaknya punya kamu."

Atilla sejenak berhenti mengunyah. Matanya lalu menatap ke arah buket bunga yang tergeletak di pinggir meja makan.

Alisnya mengkerut kala membaca tulisan di secarik kertas yang terselip dalam buket bunga itu.

"Hai, Cephalotus. Maaf, sudah lama sekali aku tak mengirimu pesan-pesan seperti ini. Aku tahu kamu tak mungkin merindukanku. Tapi, aku berharap, suatu saat kamu akan menyadari kehadiranku. Semoga hari barumu menyenangkan."

—Rahasia.

Tanpa sadar, senyuman kecil terulas di bibir Atilla.

"Dasar Derrel jelek! Kurang kerjaan."

Setelah sempat mengira bahwa pengagum rahasia yang selalu mengirimi dirinya surat-surat aneh adalah Duta, kini Atilla memang tak punya tersangka lain lagi selain Derrel.

"Rahasia." Ia tersenyum kala menggumamkan kata itu. Seolah dirinya sudah bisa membuat pengagum rahasianya itu tidak lagi rahasia.

CephalotusWhere stories live. Discover now