14. Revenge

1.8K 197 40
                                    

Jatuh, bangun, jatuh, dan bangun lagi. Hanya itu sampai hidupku berakhir?
— Atilla Solana

• • •

Selepas kepergian Daneen dari kantin, Jacklin yang mendapatkan keberanian yang entah dari mana—berdiri dari duduknya. "Maaf, Kak Duta. Kak Duta nggak punya hak buat ngehakimin Kak Daneen separah ini, apalagi sampe bawa-bawa aib keluarganya."

Duta yang hendak pergi dari tempat itu tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menoleh. "Lo belain dia? Lo liat sendiri, kan, apa yang dia lakuin ke temen lo sendiri? Bahkan, si Derrel aja nggak keberatan sama sekali kakaknya gue gituin. Karna tuh cewek emang pantes dapetin itu. Bener kan, Rel?" Duta seenaknya menyerang Derrel dengan pertanyaan yang tak ingin dijawabnya. Sebab itu, Derrel berdiri dengan matanya menatap tajam ke arah Duta, lalu Atilla.

Atilla yang mendapati sorot kekecewaan di mata Derrel, kemudian ikut bangkit dari duduknya dan mulai mengejar Derrel. Lalu, semua orang yang menyaksikan perlahan berseru kecewa—karena drama menarik yang mereka saksikan sudah berakhir.

• • •

"Psst," Atilla berusaha membuat Derrel menoleh padanya ketika Bu Christin sedang menerangkan materi di depan. "Lo marah sama gue?" bisiknya.

Derrel hanya diam. Pura-pura serius memperhatikan apa yang diterangkan Bu Christin di depan sana.

"Woy. Ini gue ajak ngomong. Lo marah sama gue?"

Derrel masih diam. Membuat Atilla geram segeram-geramnya. Dia memilih untuk mengguncang bahu Derrel dengan kasar. "Lo marah sama guee nggak?!" bisiknya lagi, dengan nada seperti membentak.

"Bu!" Derrel berseru, membuat Atilla terkesiap. "Atilla gangguin saya belajar nih, Bu!"

"Atilla! Kamu ya, setiaaap Ibu mengajar, kamu selalu mengacau! Keluar kamu! Jangan kembali ke kelas sebelum toilet cewek sudah kamu buat bersih! Paham?"

Atilla tak mengeluarkan sepatah kata pun saat ia berdiri dan melangkah keluar kelas. Satu hal yang ia yakini; Derrel marah padanya. Banyak kemungkinan yang muncul di kepalanya yang menjadi alasan mengapa Derrel marah padanya. Selain karena Atilla telah membohonginya, pun ada kemungkinan bahwa Derrel cemburu mengetahui Atilla tengah dekat dengan Duta. Namun, Atilla menepis kemungkinan yang kedua ini jauh-jauh.

Tanpa perlu berlama-lama, saat sudah tiba di kamar mandi perempuan, Atilla meraih kain pel yang disimpan sembarangan di sudut kamar mandi, dan mulai memerasnya dengan perasaan kesal. Kekesalannya semakin menjadi ketika ia tahu bahwa cairan pembersih porselen habis di kamar mandi. Itu artinya, dia harus meminta pembersih porselen cadangan ke Pak Amin—penjaga sekolah. Atilla tahu harus bertindak apa tentang masalah pembersih porselen yang habis karena sebenarnya bukan pertama kali ia dihukum seperti ini.

Atilla melempar sembarangan kain pel yang tadi diperasnya. Jangan tanyakan seberapa kesal dirinya, wajahnya seperti terlipat menjadi tujuh bagian saat melangkah keluar dari kamar mandi.

Ia berjalan menyusuri koridor sekolah menuju ruangan penjaga sekolah. Beruntung baginya, koridor sekolah terlihat sepi, jadi tak banyak yang menyaksikan penampilannya yang kacau.

Di tengah langkah kakinya yang terburu-buru, ponselnya berdenting nyaring, menandakan sebuah pesan masuk.

"Aku tahu hari ini hari yang sulit bagimu, Cephalotus. Semangat! Aku akan menjagamu dari sini.

CephalotusWhere stories live. Discover now