40. Not Bonnie & Clyde

921 118 16
                                    

Tatapmu tak lagi biasa. Napas kita bersahut tanpa bahasa. Bergelora, kita hanyut di dalam dosa.
—Atilla Solana

• • •

Hayuk komen dulu. Selain PTCW, kalian akhir-akhir ini baca cerita apa aja?

Jangan lupa vote+spam komen cerita ini, ya!

(18+ alert. Tidak di sarankan bagi yang belum berusia 18 tahun ke atas. Tapi aku tahu pembacaku pintar buat milah-milah yang patut dan tidak patut ditiru, jadi,
selamat membaca🦖✨)

———

Atilla langsung menenggelamkan tubuhnya ke kasur saat mereka baru saja masuk ke kamar hotel. Jam menunjukkan pukul tiga dini hari, sedangkan mereka akan berangkat dari Jakarta tepat pukul sembilan pagi.

"Hei. Ini tasnya dirapihin dulu," perintah Derrel sambil menanggalkan kaosnya dari tubuh.

"Besok aja." Suara Atilla sedikit teredam karena wajahnya ditenggelamkan ke bawah bantal. "Capek, tau."

Cowok itu meringkuk naik ke kasur, dengan boxer hitam sebagai satu -satunya pakaian yang masih tersemat di badannya. "Belom berangkat udah capek aja. Geser dikit. Jangan tengahan gitu tidurnya."

Atilla bergeser, kemudian membalikkan badannya menghadap ke atas. Kala matanya terbuka, seketika ia memekik. "Heh, bego!"

"Apa?" Derrel menatap Atilla tanpa berdosa.

"Kenapa mesti buka baju?"

"Kenapa? Mau buka juga?"

"Derrel... ish! Emang beneran udah gila kamu, ya!"

Derrel memperbaiki posisinya. Ia menyamping, menatap Atilla yang sedang mendelik ke arahnya. "Aku tidurnya emang harus kayak gini. Kenapa, sih?"

"Goblok! Pake nanya! Nggak bisa napas gue liatnya, anying!" cewek itu membatin.

Membaca ekspresi Atilla yang tak biasa, Derrel tersenyum penuh arti. Dengan senyuman nakal tersimpul di bibirnya, ia mengelus pelan pipi mulus pacarnya itu, seperti sengaja merangsang birahinya.

"HEH!" Cewek itu melotot.

"Kenapa, sih?" Jemari Derrel mengelus lembut, lalu merambat hingga ke belakang telinga Atilla. "Tergoda, hm?"

Seketika mata Atilla membulat. Secepat mungkin ia menepis tangan Derrel yang sudah mulai turun ke
lehernya. Demi apapun, cewek itu merasa seperti tersengat aliran listrik!

"Najis, Rel! Jauhan, nggak?" Atilla mengambil ancang-ancang hendak menabok kepala Derrel, namun sialnya cowok itu malah berdiri, bergerak cepat untuk menduduki tubuhnya, dengan posisi kedua tangannya dicekal agar tak berontak.

"DERREL!" Wajah Atilla berubah merah. Ia merasa semakin terancam. Dengan masih posisi berada di atas tubuh Atilla, cowok itu memajukan wajahnya, membuat Atilla tanpa sadar memejamkan mata.

Tubuh Atilla bergetar hebat saat dirasakannya embusan napas Derrel mulai menyapu lembut sisi wajahnya.

Matanya masih terpejam, telapak tangannya yang terasa dingin menjelaskan betapa rentan dirinya sekarang.

CephalotusWhere stories live. Discover now