10. Heal

2.4K 265 71
                                    

(MOHON MENGOREKSI LEWAT KOMENTAR APABILA TERDAPAT PENULISAN KATA YANG SALAH ATAU KURANG TEPAT)

Kamu berhak atas hidupmu. Jangan biarkan masa lalu menghambat langkahmu. Berdamailah, lalu pilih untuk pulih."
- Derrellio Rellio

• • •

Hujan berangsur reda ketika Derrel memarkirkan motornya di pekarangan rumah Atilla. Kalau saja keadaan tidak tegang seperti ini, pasti mereka akan menyadari bahwa tubuh mereka menggigil.

"Lo bisa pulang sekarang," titah Atilla. Suaranya serak.

"Nggak. Gue nggak bakalan pulang sebelum gue pastiin lo baik-baik aja."

"Pulang, Derrel..." Atilla mengucapkannya dengan suara bergetar.

Alih-alih mengindahkan ucapan Atilla, Derrel justru menarik Atilla masuk ke dalam rumah, seolah dirinya adalah pemilik sebenarnya.

Mata Derrel menyelidik ke seluruh penjuru ruang tamu. "Nggak ada orang?" bisiknya pada Atilla, yang lalu dikonfirmasi dengan anggukan.

"Ke mana?"

Atilla mengusap wajahnya yang basah, entah karena air mata atau air hujan. "Nyokap gue masih kerja."

"Bokap lo?" Derrel memang tidak pernah bermaksud, namun Atilla merasa matanya panas kembali ketika mendapatkan sebuah pertanyaan yang terasa seperti serangan dari Derrel.

Atilla menunduk, tak mau membiarkan Derrel melihat air matanya meleleh. Boleh-boleh saja semua orang mengatakan Derrel cerdas, namun nyatanya Derrel tidak cukup cerdas dalam menyikapi ekspresi Atilla saat ini. Seolah semuanya belum cukup, Derrel kembali mendesak Atilla.

"Tilla, nggak mungkin gue ninggalin lo sendirian di sini, bokap lo mana? Masih lama nggak pulangnya?"

Atilla masih menunduk, ia hanya menggeleng untuk menjawab Derrel. Suaranya seperti tertahan oleh sesak, lidahnya kelu. Topeng yang selama ini ia kenakan seperti disobek oleh Derrel saat itu juga.

"Atilla...gue nanya." Derrel masih berusaha bersikap lembut, meski sebenarnya dia mulai geram karena Atilla hanya membuatnya semakin bingung.

Cewek itu masih menunduk. Karena merasa harus, Derrel meraup kedua sudut wajah Atilla dengan tangannya, lalu mendongakkannya lembut, hingga manik mata mereka saling menatap.

Baru setelah itu Derrel sadar bahwa dirinya hanya semakin menyakiti Cephalotusnya.

Atilla menangis karena ucapannya. Sedikit banyak, itu yang menjadi alasan mengapa Derrel menarik Atilla masuk ke dalam pelukannya saat itu juga.

"Tenang, Til. Gue bakal nemenin lo di sini sampai bokap lo balik," desisnya.

Rahang Atilla mengeras. Dengan kasar dia melerai pelukan Derrel. "DIA NGGAK BAKALAN PERNAH BALIK, DERREL! NGGAK BAKALAN BALIK!" ucapnya, lalu berlari menaiki tangga.

Oh bagus, Atilla benar-benar ingin membuat Derrel mati kebingungan.

• • •

Derrel bahkan belum menyentuh kenop pintu ketika Atilla teriak dari dalam kamarnya. "Lo pulang aja, gue nggak apa-apa! Lo juga nggak membantu, tau nggak!"

CephalotusWhere stories live. Discover now