31. Fall Down

1K 129 28
                                    

Haiii! Sambil baca, tolong kalo nemuin kata yang salah atau typo, kalian komen ya! Soalnya aku nggak ada waktu buat ngedit:")

Jangan lupa vote dan komen sebanyak mungkin

Tunggu aku comeback 5 hari lagi yaa.. mau nabung chapter dulu, hehe.

———

Andai diizinkan, dan kau adalah langit, aku ingin menjadi mentari yang senantiasa mencegah mendung kelamkan birumu.
—Derrellio Rellio

• • •

Hari pertama ulangan kenaikan kelas.

Atilla melewati ulangan mata pelajaran pertama dengan susah-gampang. Yang susahnya adalah, ia tidak bisa menjawab asal pertanyaan-pertanyaan yang dianggapnya sulit karena ada Derrel yang mengawasinya dari depan ruangan. Entah tangan atau otaknya yang terlampau cepat, cowok itu selalu selesai lebih dulu dari yang lain.

Atilla menyerahkan kertas jawabannya ke pengawas, kemudian keluar dengan wajah kusut.

"Makanya, semalem kan gue udah bilang, kalo belajar tuh fokus, jangan bisanya cuma berantem mulu sama si Arkan. Emang nggak malu sama Duta yang rela nganterin kamu kemarin, padahal kamu hasilnya kayak gini?"

"Nggak malu, lah. Orang dia nggak liat, kok," sahut Atilla cuek.

"Oh, gitu?" Derrel menyejajarkan langkahnya dengan Atilla. "Kalo gitu gue kasih tau aja bentar pas pulang," ancamnya.

"Coba aja kalo berani." Kemudian, ia menghentikan langkahnya untuk membiarkan Derrel berdiri di sampingnya. "Sampe lo beneran cepuin gue, gue patahin tuh leher lo yang kerjaannya nunduk terus. Lagian, kenapa sih lo tiap jalan sukanya nunduk? Nyari gocengan di jalan?"

Derrel hanya mengangkat bahu, meskipun sedikit terganggu dengan pertanyaan itu. "Gue cuma nggak pede aja kalo jalan di keramaian," ujarnya.

"Nggak pede kenapa, sih? Emang di jalanan kayak gini, lo disuruh akrobat? Ketimbang jalan doang lo nggak pede. Hidup kok dibuat rumit."

Derrel mendelik ke arah Atilla yang terlalu banyak bertanya dengan pertanyaan menyebalkan. "Ya, gue cuma nggak pede aja. Soalnya sejak SMP gue udah terbiasa dibully, jadi tiap jalan harus nunduk, biar orang-orang nggak nyadarin kehadiran gue di sekitar mereka. Dengan begitu, mereka nggak bakalan ngebully, kan?"

"Bego!" Atilla menepak kepala Derrel. "Justru dengan lo jalan nunduk kayak anak autis gitu malah bikin mereka makin gencar ngebully lo! Lo dikatain aneh sama mereka yang ada," tukasnya.

"Ya lo nggak tau aja rasanya dibully cuma gara-gara pas SMP gue muntah di depan umum. Emang, gue sengaja buat muntah? Nggak, kan?!"

Atilla terlihat menahan tawanya, terbukti dengan pipinya yang sekarang mengembang. "Jadi cerita itu beneran? Gue kirain cuma karang-karangan si Arjun doang!" Tak bisa menahan lebih lama, Atilla membiarkan tawanya terderai di udara.

Derrel jadi benar-benar kesal sekarang. "Bagus, ketawain aja terus."

"Utututu... jadi si Abang Gantutah ngambek, nih?"

"TAU AH!" Cowok itu mempercepat langkahnya agar segera sampai ke kantin, dan menghindari Atilla yang semakin gencar menggodanya. "LO SAMA AJA KAYAK MEREKA! DASAR PEMBULLY!"

CephalotusWhere stories live. Discover now