13. Atilla Vs Butterflies

2K 220 47
                                    

Hai. Ada yang kangen nggak?

Udah siap baca? Berarti kalian udah siap dong, spam komen di tiap paragraf. Please, lah. Keluarkan semua emosi kalian di tiap paragraf melalui komentar, ya!

Maaf kalau banyak typo/ diksi yang kurang tepat. Nanti ceritanya bakalan direvisi kok kalo udah selesai, hehe.

Selamat membaca~

———

Hanya perlu terbiasa untuk bisa mencipta rasa
— Derrellio Rellio

• • •

"Jadi lo asli Padang?" tanya Duta pada Atilla setelah menyeruput caramel macchiato-nya.

"Nggak juga, sih, sebenernya. Nyokap-Bokap gue asli Jakarta, tapi pas Nyokap gue mengandung, mereka pindah ke Padang, jadilah gue lahir di sana."

"Nah, berarti lo lahirnya di Padang, kan? Berarti itu lo asli padang namanya," timpal Duta.

"Terserah, deh. Tapi gue nggak bisa Bahasa Minang, soalnya Bokap-Nyokap gue juga nggak pernah ngomong pake bahasa itu," papar Atilla sebelum menyuapkan sepotong cheese cake ke mulutnya.

Duta hanya ber-oh pelan. Jujur saja, dia sebenarnya tak benar-benar ingin tahu dimana sekiranya Atilla dilahirkan. Dia hanya mencari topik, yang sayangnya tetap akan membuat suasana hening setelah itu.

Duta berdeham. "Gimana kalo abis ini, kita nonton. Lo mau nggak?"

"Boleh," jawab Atilla.

"Sekarang aja gimana?" tawar Duta lagi.

"Eh?" Atilla mengerjap beberapa kali, lalu setelah itu tertawa canggung. "Yaudah, sih, boleh,"

Baru setelah menerima persetujuan Atilla, Duta bangkit dari duduknya. "Yuk," Duta lalu mengulurkan tangan untuk menarik Atilla berdiri.

• • •

Sekiranya, satu jam lebih telah dihabiskan Atilla dan Duta untuk menonton di bioskop bersama. Semuanya berjalan begitu saja, seiring dengan wajah Atilla yang berseri-seri. Saat memutari mobilnya untuk masuk ke kursi kemudi, Duta tersenyum penuh arti.

"Mangsa sudah masuk ke perangkap," batinnya.

Tak lama setelah itu, mobil yang mereka tumpangi melaju di tengah-tengah jalanan macet.

• • •

Senyum Atilla belum juga surut hingga Duta membukakan pintu mobil untuk dirinya keluar. Menerima uluran tangan Duta yang menjulur bak raja kepada permaisuri, Atilla turun dari mobil dengan tangannya ia tautkan dengan telapak tangan Duta.

"Makasih, ya. Kebetulan gue emang bete banget tadi di rumah," Atilla lupa bahwa sebelumnya ia hanya terpaksa untuk ikut, agar terbebas dari ancaman Duta.

Duta tersenyum manis. "Nggak apa-apa. Justru gue yang makasih ke lo, karena sekarang udah ngebuktiin kalo sebelumnya lo cuman pura-pura nolak, biar nggak kelihatan tertarik sama gue,"

CephalotusWhere stories live. Discover now