11. How To Play

2.4K 246 63
                                    

"Apakah ini hanya perasaanku saja, atau dunia memang sudah semakin gila?"
— Atilla Solana

• • •

Seperti pagi biasanya, Derrel pasti sudah setia menunggu di depan rumah Atilla. Setelah beberapa menit lalu mengirimkan pesan pada Atilla yang berisi perintah untuk segera keluar, akhirnya yang ditunggu Derrel sedari tadi, tiba di hadapannya.

"Pagi-pagi gini muka lo udah kusut, kenapa sih?" tanya Derrel saat menyerahkan helm pada Atilla.

"Gue berantem sama nyokap," jawab Atilla—lalu dengan lincah dia naik di jok penumpang motor milik Derrel.

"Oh, jadi hobi lo ribut sama orang tua?"

Atilla merasa terusik saat mendengar itu. "Apaan, sih. Kok lo malah sinis kayak si Arkan?"

Seandainya Derrel tahu bahwa penyebab dari pertengkaran tersebut adalah dirinya, mungkinkah Derrel masih ingin menjemputnya besok pagi?

"Nggak baik tahu, berantem sama orang yang lebih tua, apalagi sama orangtua sendiri."

Atilla mencebik. "Mau orangtua kek, orangmuda kek, orang gila kek, kalau dia salah, ya gue lawan, lah! Udah ah, gue nggak mau kita telat ke sekolah cuman gara-gara nyokap gue."

"Wah, sejak kapan lo peduli soal sekolah?" ledek Derrel.

Lalu, Atilla menabok kepala Derrel yang sudah dilindungi helm, hingga serangan itu menjadi boomerang yang berbalik menyakiti telapak tangannya.

"Aw!" pekiknya. "Jadi helem aja belagu lo!"

"Bego," cibir Derrel, lalu melajukan motornya menuju sekolah.

• • •

"Tilla, Derrel, tunggu...!"

Atilla maupun Derrel refleks menoleh ketika nama mereka diteriakkan.

Jacklin menumpukan kedua telapak tangan di lututnya, sembari mengatur nafasnya yang tersengal.

"Kalian jalannya cepet banget, dari tadi juga dipanggil gak denger," omelnya.

Atilla terkikik. Jacklin justru terlihat menggemaskan ketika sebenarnya dirinya sedang marah.

"Sorry, Lin. Gue risih diliatin orang mulu, makanya jalannya cepet,"

"Emang ada apa sih, Lin? Sampe lari-lari kayak gitu," tanya Derrel setelah itu.

"Kita mau ngajakin kalian belajar bareng pulang sekolah. UTS kan udah deket banget, di rumah lo aja, Rel. Nggak apa-apa, kan?"

Derrel mengangguk.

"Til, lo juga ikut, ya!" Sebelum mendapatkan persetujuan dari Atilla, Jacklin sudah melangkah menjauh lebih dulu.

Namun, ia mendadak menghentikan ayunan kakinya ketika teringat sesuatu. "Oh, iya. Kalian mau ikut gue ke kantin, nggak? Pempek Mbak Emi enak loh, jam segini. Masih anget,"

"Nggak deh, Lin." Jawaban itu datang dari Derrel, "tugas Kimia gue masih ada dua nomor yang belum selesai, kan udah harus dikumpulin pas jam pelajaran kedua, masa lo lupa?"

CephalotusWhere stories live. Discover now