41. Her Name Is Andrea

821 113 99
                                    

Haii. Aku kembalii🕺🏻

Siapa aja sih, yang nunggu? Coba nongol dulu.

Sebelumnya aku mau minta maaf karena telat update, pun karena judul cerita ini yang aku ganti.

Gimana judul yang sekarang? Suka nggak? Soalnya banyak yang bilang, judul yang lama susah ucapinnya, makanya aku ganti yang lebih sedikit simple.

Itu aja, sisanya selamat membaca, ya. Jangan lupa vote+komen di tiap paragraf biar cerita ini semakin banyak yang tauu💆🏻‍♂️

———

Ini bukan lagi rahasia. Bahwa sejak pertama, aku menempatkanmu sebagai alasanku bahagia.
—Derrel Rellio

• • •

"Heh, kok bengong?"

Atilla mengerjap, sebelumnya ia masih terjebak dalam pikirannya sendiri yang merasa takut bahwa dirinya dan Derrel akan tinggal serumah dengan Dion. Terlalu banyak kemungkinan dalam kehidupannya yang berubah secepat mungkin menjadi takdir.

Serangkaian kejadian-kejadian yang ia alami saling terkait, hingga kemungkinan-kemungkinan yang tak masuk akal itu menyentaknya untuk sadar. Bahwa benar kata orang, dunia ini memiliki banyak sisi yang tidak akan cukup hanya dengan dimengerti.

Derrel menepuk pelan lengan Atilla agar lamunan cewek itu buyar seketika. "Mikirin apa sih?" tanyanya kesal.

Bukannya menjawab, Atilla malah balik bertanya. "Sepupu kamu itu, cewek apa cowok?"

"Kenapa emang?"

"Ya, nanya doang, sih. Kalo cowok, emang kamu nggak takut kalo misalkan nanti dia atau aku bakalan saling suka? Ya maaf kalo ucapan gue random banget, tapi kan banyak kemungkinan di dunia ini yang harus kita terima, cinlok misalnya."

"H-hah?" Derrel menatap Atilla dengan kesal karena keanehannya. Sorot matanya seperti menjelaskan bahwa saat ini ia ingin menabok kepala pacarnya itu.

"Terserah," sahutnya pura-pura tak acuh.

"Idih, ngambek. Ingat rahang, Mas. Kamu nggak cocok ngambek-ngambekan," ledek Atilla sebelum akhirnya Derrel bangkit dari duduknya.

"Nggak lama lagi harus boarding. Kamu kalo masih mau di sini, silahkan. Kalo ketinggalan pesawat jangan salahin aku. Terbang aja sendiri," tutur cowok itu sebelum berlalu dari sana.

"Ahelah, beneran ngambek si tai. Derrel, tungguin ih!" Atilla menyedot gelas minumannya dengan penuh napsu sebelum mulai mengejar Derrel. Hei, harga minuman itu seharga dengan biaya makan seharian. Tentu saja Atilla akan merasa rugi jika tak meminumnya hingga tandas.

• • •

Atilla mengekor di belakang Derrel yang tengah mencari kursi sesuai dengan yang tertera di boarding passnya. Satu hal yang membuat batin Atilla merasa tak baik adalah fakta bahwa Derrel masih juga cemberut.

Bahkan saat dirinya memberanikan diri untuk merangkul tangannya, cowok itu menepisnya dengan kasar.

"Aku becanda loh tadi, kok bisa marah sampe segitunya," keluh Atilla saat bokong mereka sudah menduduki kursi penumpang.

CephalotusTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon