22. Accepted

1K 133 59
                                    

Hari ketiga aku rajin update, wkwkwk.

Udah siap baper?

Udah siap gemes?

Udah siap marah-marah?

Udah siap vote+komen yang banyak?

Tunggu dulu. Buat kalian, para silent readers, aku saranin buat follow aku dulu, terus add cerita ini ke library kalian, biar selalu dapet notif  tiap aku update. Seenggaknya, kalian juga bisa memberikan sebuah bentuk apresiasi untuk cerita ini, bukan?

Nah, kalo udah, selamat membaca yaaa.

———
Mulanya, kukira kamu hanya sekedar canda. Lebih dari itu, kamu adalah candu.
—Atilla Solana

• • •

"Duta, tunggu!" Atilla berlari menghampiri Duta yang tengah berjalan di lorong sekolah menuju lapangan utama.

Duta menoleh. Menanti Atilla untuk mulai bersuara.

"Lo... mau ke mana?" tanya Atilla padanya.

"Ke lapangan. Mau have fun bareng temen-temen. Lo suka dj, nggak?"

Atilla mengangguk. "Suka. Tapi, sebelum itu, ada yang pengen gue omongin ke lo."

Duta maju selangkah, mengikis jarak antara dirinya dan Atilla. "Kenapa? Mau nolak gue lagi? Tenang, ini belum seminggu, kan?"

Atilla tanpa gentar menantang Duta dengan tatapan yang sama. Ia mulai meraup wajah Duta dengan tangan yang lain saat tangan yang satunya masih memegang buket bunga.

"Nggak perlu waktu seminggu buat gue jadi pacar lo. So, would you ask me back to be yours?"

Duta terkekeh. "Nantang, nih? Jadi Tuan Putri maunya ditembak kayak gimana lagi?"

Atilla mengangkat bahunya sambil tertawa. Saat Duta menariknya lebih dekat, bisa ia rasakan darahnya berdesir lebih deras dari biasanya. Buket bunga yang semula ia pegang erat, terlepas begitu saja.

"Gimana kalo sekarang gue aja yang nembak lo?" Atilla semakin berani menatap Duta dengan tatapan menggoda. Andai seseorang dapat melihat mereka saat ini, pasti mereka akan dituduh tengah berbuat mesum. Pasalnya, kedua tangan Duta sudah melingkari pinggul Atilla. Seolah tidak peduli dengan peraturan apapun, ia menarik Atilla merapat dengan tubuhnya hingga jarak benar-benar tak ditemukan di antara mereka.

"Boleh. Silahkan dicoba," desis Duta pelan di telinga Atilla, membuat bulu kuduk cewek itu meremang.

Atilla melepaskan tangan Duta yang melingkar di pinggulnya. Ia mundur selangkah, agar dapat menikmati wajah tampan Duta secara menyeluruh.

"Duta, mulai sekarang, lo pacar gue. Dan, sama seperti lo... " Atilla memajukan wajahnya, hingga dirinya bisa merasakan hembusan napas milik Duta. "...gue juga nggak mau ada penolakan."

"Siap, Tuan Putri. Gue...eh, maksudnya, aku... mau jadi pacar kamu." Duta tersenyum terlalu lebar. Ia boleh saja kalah taruhan dari teman-temannya. Tapi setidaknya, ia telah membuktikan bahwa Atilla Solana sangat pantas untuk masuk dalam daftar 'cewek sampah' yang ia miliki.

CephalotusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang