Toxic [11]

9.9K 1K 37
                                    


Rachel bersiul sembari memeluk jaket Yuta di dada. Jam istirahat telah dimulai sejak lima menit lalu, dan Rachel baru akan menuju kantin dengan membawa jaket Yuta. Sebelumnya, ia memang sudah mengabari Yuta jika ia ingin mengembalikan jaket. Dan ya, keduanya akhirnya sepakat untuk bertemu di kantin.

Kalau Yeji, gadis itu sudah meluncur lebih dulu dengan Jeno.

"Yuta!" panggil Rachel dari pintu kantin. Seruannya itu membuat beberapa— ah tidak, hampir semua siswa di sana menoleh. Menatapnya sebentar lalu kembali fokus pada makanan masing-masing.

Sedangkan yang dipanggil, hanya melotot memperingati. Hey! Ia merasa malu tau.

"Pake teriak segala anjir ni anak," Yuta menyentil lengan Rachel saat gadis itu sampai di meja nya.

Rachel hanya terkekeh, lalu ikut duduk di meja tempat Yuta dan teman-temannya duduk. Ada Felix, Yuto, Ten, juga Sungchan; adik kelas mereka yang kini bergabung pada klub sepak bola.

"Rachel tumben nyamperin Yuta? Urusan klub bola, ya?" Yuto bersuara. Yuto ini teman sekelas Yuta. Dan setahu Rachel, Yuto dan Yuta duduk satu bangku.

Rachel menggeleng, ia menunjukkan jaket di tangan, "gue mau balikin jaket Yuta."

Mereka semua mengangguk paham, tak repot berpikir aneh-aneh karena mereka tahu jika Yuta dan Rachel sama-sama mengurus klub. Jadi dengan jaket Yuta yang berada di tangan Rachel tak terasa mengejutkan.

"Nih, udah gua cuci, gua rendem pewangi, gua setrika. Dijamin nggak bakal kecewa deh kalo lo minjemin jaket ke gue lagi," Rachel menyerahkan jaket hitam itu pada Yuta.

Dengan tawa renyahnya, Yuta menerima jaket itu lalu menghirup jaket itu main-main. Ia tersenyum lebar, "beneran wangi. Kalo gini sih, gue bakal rekrut lo jadi tukang cuci baju pribadi gue,"

Rachel tertawa.

"Nikah aja lah lo berdua mending," Felix bersuara. Membuat Ten yang duduk sebelahnya, memukul lengannya kuat.

"Ngadi-ngadi! Rachel kan sama Mark," Ten melirik Rachel, lalu menatap Felix tajam.

"Oh iya, lupa gue."

Sungchan yang kebetulan duduk di sebelah Rachel, menyenggol lengan Rachel pelan. Lalu segera bersuara saat gadis itu menoleh, "masih sama kak Mark ya kak?"

Tawa pelan keluar dari mulut Rachel, "ya gitu,"

"Gitu gimana?"

"Ya masih pacaran, hahaha," tawa pelan kembali keluar dari mulut Rachel saat menjawab Ten.

"Masih sama lo? Tapi kenapa gue akhir-akhir ini selalu liat dia sama Lia ya?" Yuto bersuara, melirik Rachel yang kini bahunya terlihat turun. Tampak lelah, mungkin?

"Udah, ya. Gue bawa bekal soalnya. Makasih loh Yut, btw." Rachel menepuk bahu Yuta sebelum berlari kecil menjauhi meja mereka. Membuat kelima pemuda itu heran.

"Kita salah ngomong nggak sih?" Felix bersuara setelah beberapa saat terdiam. Ia menatap temannya satu persatu, dan hanya mendapat angkatan bahu tanda tak tahu.

"Kayaknya, kita salah karena bahas Mark sama Lia."

***

Bel tanda pelajaran telah selesai, berbunyi. Membuat seluruh siswa bersorak senang. Segera bergegas keluar dan pulang ke rumah masing-masing. Namun, beda halnya dengan para murid kelas 12. Hari ini, adalah hari pertama les dimulai. Les yang ditujukan untuk kembali membahas materi yang mungkin belum diajarkan. Dan tentu saja, mereka semua akan tetap tinggal di sekolah demi mengikuti les.

Rachel juga masih di sekolah. Duduk di dekat gawang, memperhatikan anggota klub sepak bola putri yang tengah melakukan pemanasan. Ya, sembari menunggu jam les dimulai, lebih baik ia memantau mereka.

Tangan Rachel terangkat, melambai, membalas lambaian tangan dari Yuna; anak kelas 11 yang telah ia pilih dan di sepakati oleh semua anggota klub untuk menjadi pengganti nya. Ia tersenyum ramah membalas senyum lebar Yuna.

Yuna sudah mengalihkan pandangan. Gadis itu kembali berfokus pada latihannya. Rachel berniat untuk kembali ke kelas saja, menemui Yeji sekaligus membaca beberapa materi.

Namun, belum sempat ia beranjak  sebuh tepukan di bahu membuatnya menahan pergerakan. Ia menoleh, mendapati Xiaojun tengah berdiri di belakangnya. Xiaojun itu teman sekelas Mark omong-omong.

"Disini lo ternyata, gua udah nyari lo dari tadi nggak ketemu juga,"

"Kenapa?"

Xiaojun menelan ludah, tega tidak tega dengan Rachel.

"Gue cuma mau ngasih tau sih," Xiaojun berdehem, "Mark hari ini nggak masuk, sakit. Dia bilang muntah terus sejak semalem."

Rachel membelalak. Langsung teringat jika kemarin Mark hujan-hujanan saat akan memasuki mini market. Hah anak itu. Padahal sudah tahu jika tubuhnya tak begitu kuat dengan air hujan, masih saja nekat.

"Iya? Oke, makasih udah ngasih tau gue ya, Jun. Gue nitip pesen, tolong bilangin ke Yeji kalo gue pulang duluan." Rachel menggendong tasnya— yang untung sekali sudah ia bawa— lalu bergerak hendak melangkah.

Xiaojun menahan tangan Rachel, membuat gadis itu berhenti. "Chel, lo yakin? Ini les pertama kita loh,"

Rachel tersenyum tipis, melepas tangan Xiaojun dari lengannya. "Bagi gue, kesehatan Mark bahkan lebih penting dari hidup gue, Jun."

Xiaojun tertegun.

"Udah, ya. Gue pergi, lo jangan lupa kasih tahu Yeji!"

Xiaojun menatap punggung itu yang semakin menjauh. Berlari tergesa melewati lapangan besar sekolah mereka, lalu menghilang di belokan. Ia menghela napas.

Rachel bahkan masih peduli terhadap Mark yang sakit setelah apa yang telah Mark perbuat. Lalu Mark, apa ia juga peduli dengan sakit hati Rachel?

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang