Toxic [15]

9.4K 920 23
                                    

Yuta menghela napasnya panjang. Ia menyandarkan punggung lebarnya ke sandaran kursi. Mendongakkan kepala nya, lalu memejamkan matanya yang terasa berat. Sejujurnya ia memang sudah mengantuk. Inginnya segera tidur, namun materi di bukunya belum ia pahami sepenuhnya.

Maka dari itu, setelah terpejam selama beberapa menit, ia kembali membuka mata. Yuta kembali menghela napas sebelum melirik pigura foto di sudut meja belajar. Senyum lebar Yuta mengembang, ia meraih pigura tersebut.

Foto ini adalah fotonya dengan Rachel tahun lalu, saat keduanya resmi menjadi ketua klub sepak bola. Foto yang diabadikan oleh Yuqi, yang dengan sengaja Yuta minta untuk memotret mereka berdua. Ia memang sudah memiliki ide untuk mencetak foto itu, dan akhirnya ia memilih untuk memajang di kamarnya.

Ia dan Rachel sebenarnya tak begitu akrab— dulunya. Sewaktu kelas 10, mereka hanya sebatas saling mengenal sebagai teman klub sepak bola saja. Lalu saat keduanya mengikuti pelatihan dasar— yang mengharuskan mereka menetap di sekolah selama dua hari satu malam, rasa sukanya terhadap gadis itu mulai muncul.

Saat itu, mereka berdua berada di tim yang sama. Mendapat misi untuk menyelesaikan beberapa tugas dengan teman se-tim mereka.

Rachel itu sangat lincah, terlihat paling antusias dalam misi mereka. Selain itu, Rachel juga sangatlah baik. Ia bahkan rela memberikan kartu peserta nya pada anggota lain tanpa pikir panjang. Padahal waktu itu sudah disepakati, siapapun yang tak mendapat kartu peserta akan mendapat hukuman yaitu berjaga malam di sekolah dan berlari mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali.

Sejak saat itulah ia mulai merencanakan aksi pdkt nya. Ia sudah berencana akan memberi Rachel tumpangan, mengajak ngobrol, dan banyak hal lain lagi. Namun, bahkan belum genap satu hari, ia sudah dihantam fakta paling mengejutkan yang pernah ia dengar. Rachel sudah memiliki kekasih, yaitu Mark Lee.

Hampir luntur semangatnya demi mendekati Rachel. Namun lagi-lagi, ia malah makin menyukai gadis itu. Mereka sering bertemu, sering mengobrol pula. Hingga akhirnya ia memilih untuk membiarkan rasa sukanya begitu saja. Ia membiarkan rasa sukanya terhadap Rachel menguasai diri.

Tak apa, toh ia dan Rachel sering bertemu hingga kini.

"Coba aja gue nggak keduluan," ibu jari Yuta mengelus wajah Rachel di foto yang ia pegang, "mungkin gue sama lo bisa jadi couple paling cetar sedunia."

Yuta terkekeh, "sayang juga waktu itu lo udah tidur, lo jadi nggak tau kalo gue sempet confess kan,"

"Tapi nggak papa, gue udah cukup seneng kalo lo selalu ngasih senyum cerah lo ke gue," Ujarnya sebelum meletakkan pigura itu kembali. Matanya beralih melirik jam, sudah pukul 11 malam. Itu artinya ia sudah menghabiskan 4 jam lamanya di meja belajar.

"Buset, pantesan mata gue pedes," gumamnya. Ia lalu menutup buku, membereskan semua yang ada di meja belajar kembali ke tempat. Lalu meraih ponsel. Agaknya, bermain ponsel sebentar tak akan jadi masalah.

Jari panjangnya menari di atas layar radiasi itu. Matanya bergerak mengikuti segala apa yang ia lihat di ponsel. Lalu terhenti saat nama Rachel tiba-tiba terlintas di pikirannya. Ia mengulum bibir, berpikir soal bagaimana jika ia menelpon gadis itu saat ini.

"Semoga belum tidur deh," begitu gumamnya sebelum akhirnya menekan ikon gagang telepon pada layar.

Ia kembali mengulum bibir menunggu panggilan tersambung. Lalu segera tersenyum lebar saat panggilannya di terima.

***

Rachel tengah berbaring di ranjang, bersiap-siap untuk tidur saat tiba-tiba ponselnya berdering. Ia segera bangkit, meraih ponselnya yang masih berada di meja belajar.

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Where stories live. Discover now