Toxic [45]

4.3K 461 41
                                    

"Mau kemana lagi abis ini?" Tanya Yuta, pada Rachel yang tengah sibuk menimang-nimang kucing sewarna salju di pangkuan.

Setelah makan bersama tadi, keduanya berganti mengunjungi sebuah cafe kucing atas permintaan Rachel. Perempuan itu berkata jika di cafe tersebut terdapat banyak sekali kucing-kucing lucu nan menggemaskan. Selain hendak mencicipi aneka minuman dengan bahan dasar cokelat, Rachel juga berkata hendak memilih jenis kucing di sana.

Perempuan itu niatnya hendak membeli satu, tetapi ternyata kucing-kucing tersebut tak dijual oleh sang pemilik. Alhasil, mereka menghabiskan banyak waktu di sana. Tentunya, Yuta menurut saja saat Rachel memintanya untuk menunggu perempuan itu bermain dengan kucing-kucing itu.

Hitung-hitung sebagai latihan sebelum menjadi pacar, pikir Yuta.

Rachel yang ditanyai demikian pun mengalihkan perhatian. Ia menatap pada Yuta, sedangkan tangannya masih setia mengelus bulu-bulu halus dari makhluk menggemaskan di pangkuannya. "Mau pulang aja. Sekarang jam berapa?"

Yuta menekan tombol power di ponsel nya untuk menilik jam. Ia itu bukanlah tipe laki-laki yang suka memakai aksesoris jam tangan, sehingga jika hendak menengok waktu pun ia harus membuka ponsel. Angka 09:50 tertera di layar ketika ia menghidupkan ponselnya. "Jam sepuluh kurang sepuluh menit." Ujarnya, sembari menunjukkan ponselnya itu pada Rachel.

Perempuan itu mengangguk-angguk, tetapi bibirnya tak memberi sepatah jawaban pun.

"Mau pulang sekarang atau nanti?" Lanjut Yuta. Ia kini melangkah mendekati Rachel. Begitu tiba di depan tempat duduknya, Yuta berjongkok. Ia menggunakan lutut sebagai tumpuan, lalu ikut mengelusi anabul yang dipangku oleh Rachel.

Dengan tindakan Yuta tadi, Rachel sontak berjengit. Terkejut atas kehadiran tangan besar yang tiba-tiba ikut mengelusi makhluk mungil di pangkuannya. Tangan mereka bahkan hampir bersentuhan. Dan ia lebih terkejut lagi, ketika mendapati wajah tegas milik Yuta saat mendongak. Kursi yang ia duduki ini tidak terlalu tinggi, omong-omong. Sehingga posisi nya kini sama tinggi dengan posisi Yuta.

Mungkin Yuta sadar jika tengah ditatap demikian. Sebab setelah beberapa detik di perhatikan oleh Rachel, pemuda itu juga ikut menegakkan tulang belakang. Wajahnya berada tepat di depan wajah Rachel. Ia tersenyum kemudian.

Melihatnya membuat Rachel merona lagi. Ia sungguh tak bisa jika dihadapkan dengan senyuman itu, senyuman manis yang bahkan dapat mengalahkan cokelat mana pun. Ia mengerutkan hidung, tangannya mendorong wajah Yuta untuk menjauh dengan begitu pelan. "Malu," ujarnya pelan.

Tawa khas milik Yuta kemudian terdengar. Tangan besarnya ia tepuk beberapa kali sebelum akhirnya mengusak rambut panjang milik Rachel. Ia gemas sekali dengan tingkah pujaan hatinya. Sejak dulu, segala tentang Rachel memang selalu menarik. Terlebih saat tengah bertingkah malu-malu begini. Gemas bukan main.

"Yaudah, ayo pulang kalo gitu. Minuman lo udah kan? Oh, atau mau nambah lagi biar lo tambah manis?" Celetuknya.

Rachel makin merona akan ucapan itu. Ia memukul bahu Yuta dengan kepalan tangan, "berisik." Katanya. Meski begitu, bibirnya tetap membentuk lengkungan ke atas. Senyuman paling indah menurut Yuta, setelah senyuman milik Mama dan Sakura tentunya.

Tertawa lagi, Yuta kemudian merangkul bahu Rachel. "Yuk,"

Keduanya pun berjalan keluar. Kucing-kucing di sana mengeong saat dilewati oleh mereka berdua. Seolah-olah tengah bersiul  ketika melihat pemuda yang tengah kasmaran itu.

Di tengah langkah mereka, Rachel secara mengejutkan berhenti melangkah. Tubuhnya mendadak berhenti bergerak, matanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Lidahnya seperti kelu ketika ia coba untuk berucap.

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang