Toxic [01]

21.1K 1.5K 7
                                    

Sore yang cerah, para siswa yang mengikuti ekstra basket tengah berlatih. Di sekeliling lapangan banyak sekali penonton, yang di dominasi oleh kaum hawa tentu saja. Hari ini, tim mereka berlatih dengan tim basket sekolah lain.

Sorak sorai dari para siswi mengudara, saat sang ketua tim berhasil mencetak skor.

"Pacarnya dapet skor malah diem aja,"

Rachel yang tadinya menunduk, mengamati tas ransel milik 'kekasih' nya pun mendongak. Mendapati Yeji yang kini berdiri di depannya.

"Kenapa?"

Yeji memutar bola matanya malas, "lo sama Mark bahkan kaya orang nggak kenal. Heran deh gue,"

Rachel tak menyahut. Malah kini menyibukkan diri mencari botol minum dari tas Mark. Saat sudah menemukan botol minum, ia segera membuka tutup botol dan menenggaknya. Lalu menunduk, demi menelan air dalam mulutnya.

Kedua alis Rachel berkerut saat mendengar riuh sorakan lagi. Padahal ia rasa, latihan tadi berakhir setelah beberapa saat Mark memasukkan bola ke dalam ring. Namun kenapa sekarang kembali ramai?

Sreeet

"Balik,"

Mark. Berdiri dengan peluh yang menetes dan tangan yang kini menarik lengan Rachel. Mark menyentak tangan Rachel dengan satu sentakan, hingga mau tak mau membuat Rachel berdiri.

Keduanya berjalan menjauh, mengabaikan seruan ramai di belakang. Ya, para siswi tentu saja iri, karena Mark kini merangkul pinggang ramping milik Rachel.

Setelah agak jauh dari lapangan, suara seruan tadi terdengar meredup. Di gantikan hening yang menyelimuti keduanya. Mark melepas tautan tangannya dari pinggang Rachel. Lalu menarik tengkuk gadis itu, dan mendaratkan bibirnya tepat di rahang Rachel.

Selalu begini dan Rachel tak dapat menolak.

Mark... selalu bertindak sesuka hati.

Selalu bertindak tanpa meminta persetujuan dari Rachel. Entah itu menciumnya secara tiba-tiba, atau memeluk, bahkan saat mereka dalam keramaian. Rachel... sudah terbiasa. Sangat terbiasa.

"Langsung pulang?" Mark menyodorkan helm.

Rachel mengangguk, menerima helm tersebut. "Gue capek."

Mark mengangguk paham, lalu segera melajukan motornya saat Rachel susah memeluk perutnya. Melaju dengan kecepatan sedang, motor besar itu membelah jalanan yang ramai. Yah, jam pulang kerja.

Keduanya hanya berdiam diri. Mark fokus pada jalanan aspal di depan mata, sedangkan Rachel mengamati nomor punggung di kaos basket milik Mark. Nomor 21, tanggal lahir Rachel.

"Mampir?"

Mark menggeleng, lalu menerima helm yang Rachel sodorkan.

"Kalo rumah lo sepi, gue bakal mampir," sahut Mark dengan senyuman miring di bibir.

Rachel berdecak, "bangsat."

"Oh!" Rachel berseru, membuat Mark yang akan menjalankan motor pun terhenti.

Rachel membuka tas nya, mengeluarkan dua kotak berwarna merah hati dari dalam nya. Ia menyerahkan kotak itu pada Mark. Yang mana membuat Mark mengernyitkan dahi.

"Dapet titipan dari adek kelas. Gue nggak tau namanya,"

Mark menatap kotak itu datar. Netra gelapnya beralih melirik Rachel yang juga tengah memasang raut datar.

Mark menggeleng, "buang."

Rachel melongo, berkedip beberapa kali karena tak mengerti maksud Mark. Buang? Membuang kotak ini, maksudnya?

Mark berdecak menyadari Rachel yang masih berpikir mengenai ucapannya. Dengan gerakan cepat, ia melepas helm di kepala, lalu mencondongkan tubuh demi mengecup sudut bibir Rachel.

"Buang, gue bilang."

Rachel menghela napas, lalu mengangguk pasrah. Tangannya mendorong bahu Mark agar wajah pemuda itu menjauh. Risih rasanya saat berada dalam jarak sedekat ini.

Tungkai nya melangkah menuju tong sampah yang berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri tadi. Rachel akhirnya memasukkan dua kotak tersebut ke tong sampah, lalu segera berjalan kembali ke depan rumah.

"Yaudah, gue balik."

Rachel mengangguk pelan.

"Oh iya, kalo rumah lo sepi, kabarin gue."

"Bangsat."

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Where stories live. Discover now