Toxic [55]

4.2K 478 114
                                    


Happy reading y'all!!












Sudah selang tiga hari setelah Rachel bercerita padanya, soal pertemuan perempuan itu dengan Mark. Yuta belum bertindak, ia masih mengamati bagaimana tingkah Mark terlebih dulu sebelum nantinya memberi sedikit pelajaran pada Mark yang sok keren itu. Dalam pengamatannya, Mark sepertinya memang sering mencari-cari kesempatan dalam kesempitan. Contohnya saja ketika jam istirahat tiba. Mark pasti akan dengan sengaja lewat di depan kelas Rachel, kemudian melayangkan tatapan kelewat sinis padanya yang sudah ada di sana lebih dulu. Ketika di kantin pun kadang kala Mark sering mengambil meja yang tak jauh dari meja Rachel.

Yuta tidak terima. Ia tak mau melihat Mark ada didalam jarak yang dekat dengan pujaan hatinya. Bukan karena cemburu saja, ya, tetapi ia memang tak ingin jika Rachel merasa ketakutan sebab kehadiran Mark. Yuta sendiri tahu bagaimana Rachel mengeluh tidak bisa tidur sejak bertemu Mark tiga hari lalu. Ia ingat sekali ketika tengah malam mendapat panggilan dari Rachel dan mendengar perempuan itu menangis tersedu-sedu. Akhirnya, Yuta menenangkannya dengan terus berceloteh sampai Rachel tertidur.

Maka dari itu, jam istirahat ini ia pergunakan untuk menemui Mark. Ia akan mengajak mantan pacar Rachel yang sok tampan itu untuk membicarakan ketakutan Rachel dengan kepala dingin. Oh, dan kalau perlu nanti ia akan membawa kehamilan Rachel sebagai bukti tambahan, supaya Mark tidak bermain-main dengan rasa takut yang dimiliki Rachel. Tetapi jika Mark tak bisa diajak bekerja sama dengan semua itu, maka jangan salahkan ia bila kepalan tangan lah yang akan menjadi cara terakhirnya.

Yuta melihat Lucas di depan pintu kelas. Ia tahu jika laki-laki tinggi itu adalah sobat nya Mark. Ia memanggil sosok tinggi itu, "Lucas?"

"Widih, Yuta!" Lucas memeluknya sekilas, kemudian merangkul bahunya. "Kenapa nih? Tumben amat ke kelas gue,"

"Mark," Ia memberi jeda sebentar, "ada nggak?"

Lucas melongok kan kepala ke dalam kelas melalui pintu, dilihatnya Mark tengah membaca buku tebal yang entah berisi apa di mejanya. Ia mengangguk, "ada, Yut. Tuh, di dalem."

Yuta berdehem, "bisa panggilin sebentar?"

Lucas memicing, ia tiba-tiba teringat dengan 'masalah' Mark dengan Rachel yang juga melibatkan Yuta. Mark masih ingin menjalin hubungan baik dengan Rachel, sedangkan Rachel sendiri tampak sudah nyaman bersama Yuta sekarang ini. Oh, ya... Lucas paham. Ia mengangguk, tetapi sebelum meneriakkan nama Mark ia memegang bahu Yuta.

"Jangan gegabah," Lucas mendengus ketika mendapati alis Yuta bertaut. Si gondrong ini pasti tidaklah paham dengan maksud ucapannya. Ia lalu melanjutkan, "maksud gue, jangan sampe salah ngomong dan salah ngambil tindakan. Meski Mark itu udah cinta sama Lia sejak lama, tapi dia juga sensitif banget kalo nyangkut Rachel. Jadi gue harap lo nggak ngomong yang aneh-aneh ke dia."

Yuta hanya berdehem saja menanggapi ucapan Lucas. Masa bodoh jika emosi Mark sampai tersulut, toh disini ia hanya ingin berbicara dengan santai saja.

"Mark!" Teriak Lucas memanggil. Yuta melirik ke arah si tinggi dan melihatnya tengah melambai ke arah Mark.

"Apa?" Yuta mendengar sahutan Mark meski samar.

"Sini bentar!"

Tak berselang lama, Yuta melihat presensi Mark dari ekor mata. Ia menolehkan kepala, mendapati Mark menatapnya dengan alis terangkat.

"Gue mau ngomong sama lo," Ujarnya kemudian.

Mark berdecak, kedua tangannya bersedekap di depan dada. "Ngomong tinggal ngomong aja."

"Tapi nggak di sini Mark," Yuta melanjutkan. Mark mengernyit, rautnya nampak tak senang. Ia mengetatkan rahangnya yang kokoh, kedua alisnya bertaut, "mau ngomongin apa? Gue lagi—"

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Where stories live. Discover now