Toxic [16]

9.3K 884 30
                                    

Hari berlalu dengan cepat. Kini, sudah selang tiga hari setelah malam dimana Yuta meminta pendapat pada Rachel. Mereka berdua kini jarang bertemu, padahal Rachel ingin mendengar dari Yuta langsung perihal 'kisah cinta' nya itu. Namun tentu saja tak akan bisa, mengingat jika kini keduanya sudah disibukkan dengan ujian percobaan pada kelas masing-masing.

Siang ini, Rachel duduk di teras kelasnya. Menunggu Yeji yang tengah mengerjakan soal. Kelas mereka dibagi menjadi dua bagian, absen ganjil dan absen genap. Bagian pertama tadi, siswa yang memiliki absen genap mengerjakan soal latihan lebih awal. Sedang absen ganjil setelahnya. Rachel kebetulan memiliki absen genap, dan Yeji absen ganjil.

Jadi, ia duduk disini untuk menunggu Yeji. Keduanya berencana akan jajan bersama di kantin.

"Rachel disini, Mark!"

Rachel dapat mendengar seruan dari Yohan; ketua kelasnya. Ia menoleh cepat, mendapati Mark dan juga Yohan yang berada dalam jarak tak begitu jauh dari tempatnya duduk. Rachel bisa mendengar Mark bergumam mengucap terimakasih pada Yohan, sebelum akhirnya meluruskan pandangan kearahnya. Mark berjalan maju.

Sebelah alis tebal Rachel terangkat, tak mengerti dengan tingkah Mark kini. Tak biasanya pemuda berahang sempurna itu menghampirinya. Lebih sering sih, ia yang menunggu Mark saat jam pulang. Rachel juga hapal betul jika Mark itu lebih senang dicari ketimbang harus mencari.

"Kenapa?"

Tengkuk yang tak gatal itu digaruk oleh Mark. Sebagai pelampiasan atas perasaan gugup yang menimpanya. Entah mengapa melihat wajah datar Rachel malah membuatnya gugup begini. Padahal biasanya, ia tak pernah terganggu dengan raut jengah tersebut.

"Errr, itu... Gue— em, Lo ke kantin bareng gue." Kalimat itu ia selesaikan dengan susah payah. Langsung memberi pernyataan agar si gadis tak dapat menolak. Tapi tentu saja kernyitan heran itu ia dapatkan.

Rachel melipat tangan di depan dada, "tumben," cibirnya.

"Ck, nggak usah kaya gitu lo. Ayo!" Alibi saja sih sebenarnya. Mark aslinya sudah gugup dan salah tingkah setengah mati karena Rachel. Tak tahu mengapa, tapi yang pasti ia merasakan banyak kupu-kupu terbang di sekitar perut. Em, okay itu hiperbolis.

Rachel tertawa, lalu segera berlari kecil mengikuti Mark. Dalam langkahnya, ia juga sibuk mengetikkan pesan untuk Yeji. Gadis itu tentunya harus tahu kemana ia pergi agar tak kebingungan mencari. Ia sudah berjanji untuk jajan bersama Yeji, ingat?

Mereka berdua sampai di kantin yang masih sepi. Hanya ada beberapa anak dan beberapa guru saja yang duduk berpencar. Mark mendudukkan diri di dekat dinding, disusul oleh Rachel yang mendudukkan diri di depannya. Gadis itu menyibak poni panjangnya ke belakang. Hal itu mampu membuat Mark berdehem gugup.

"Kenapa sih, Mark? Gue liat, lo dari tadi ehem-ehem mulu."

Gelengan Mark beri, "apaan, nggak kok. Tenggorokan gue agak keset aja,"

"Aneh lo."

Lalu terdiam lagi. Namun kini, Mark berinisiatif untuk memulai obrolan.

"Chel, uji coba lo tadi gimana?"

"Huh?"

Mark berkedip beberapa kali. Ah sial, lagi-lagi ia merasa gugup.

"Uji coba lo tadi, gimana? Bisa ngerjain kan lo?"

"Bisa."

Dan setelahnya mereka berdua kembali terdiam lagi.

Oke, mari bocorkan sedikit mengenai Mark siang ini.

Rencananya, Mark itu ingin memperbaiki hubungannya dengan Rachel. Ia awalnya bingung harus memulai darimana, sampai akhirnya bertanya pada temannya yang tinggal di negara sebrang; Hendery. Anak itu ternyata dapat memberi solusi yang Mark rasa bisa ia lakukan.

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Место, где живут истории. Откройте их для себя