Toxic [29]

5.5K 585 78
                                    


Pagi ini Rachel dikejutkan oleh Lia yang entah kenapa ada di minimarket dekat rumahnya. Ya memang tempat umum sih, tapi kenapa bisa? Maksud Rachel, mengapa Lia ada disini sedangkan tempat tinggal gadis itu bukan di sekitar daerah sini? Atau jangan-jangan Lia tengah menguntitnya?

Rachel menggelengkan kepala, "ngapain juga gue repot-repot mikirin tu anak," gumamnya, lalu melepas helm yang masih bertengger di kepala. Dirinya teringat dengan niat awalnya menuju minimarket,  kemudian turun dari motor matic biru sewarna langit nya yang masih kinclong; masih baru.

Motor ini baru sore kemarin tiba di rumah, Bunda yang membeli. Katanya, kasihan melihat Rachel mengendarai motor laki-laki kepunyaan Ayah. Rachel suka saja sih dibelikan motor baru, motor milik Ayah nya itu berat sekali.

Ia melanjutkan langkah, tetapi terhenyak di tempat saat Lia melewatinya sembari melempar senyuman tipis. Ia berkedip beberapa kali, dan hanya mengangguk kikuk sebagai balasan.

Ekor matanya mengikuti langkah Lia hingga ke ujung. Gadis itu masuk ke mobil hitam, lalu melaju meninggalkan pelataran minimarket. Bukan, itu bukan mobil Mark. Ia sempat melihat seorang paruh baya di kursi kemudi, kemungkinan sopir pribadi atau ayahnya atau mungkin sopir taksi online.

"Apaan sih gue, mau bokap nya kek, sopir kek, atau apa kek terserah dia. Ngapain gue kepo-kepo," Gumamnya mencibir diri sendiri yang mendadak jadi kepo.

Rachel mengedikkan bahu, lalu kembali melanjutkan langkah memasuki minimarket. Ia hanya akan membeli croissant untuk mengganjal perut.

Sesampainya di sekolah, Rachel lagi-lagi harus bertemu dengan Lia yang entah mengapa sudah nangkring di depan koridor. Lia dan beberapa teman kelasnya bergerombol di sana dengan masing-masing membawa buku di tangan. Entah apa maksudnya belajar di depan koridor seperti ini, mungkin sekalian caper alias cari perhatian pada Mark jika sewaktu-waktu Mark datang.

Rachel sekali lagi menggelengkan kepalanya selama beberapa kali untuk menghilangkan pikiran julid nya yang tiba-tiba menguasai otak. Ia melirik sekilas pada gerombolan itu, sebelum akhirnya melangkah untuk melewati mereka. Oh andai saja di sana ada Yuqi, pasti ia tak akan canggung begini.

Namun lagi, ia kembali menerima senyuman dari Lia. Sama seperti saat di minimarket tadi, ketika mendapat senyuman itu Rachel hanya bisa tercenung dan akhirnya membalas dengan anggukan kaku. Ia sejujurnya bingung mengapa ia harus membalas sopan seperti itu.

Bedanya, kali ini otaknya jadi kalut sebab menerima senyuman miring dari Lia.

Apa maksud senyuman Lia?

***

Jam istirahat tiba ditandai dengan lima kali dentingan yang terdengar dari speaker.  Pengawas ujian memberi kode, semua anak-anak di ruang ujian langsung paham dan segera mengumpulkan kertas jawaban mereka. Setelahnya, berjalan keluar dari kelas untuk mendinginkan kepala.

"Gampang juga PPKn, ntar gue mau ambil hukum aja deh," Yeji berceletuk saat perjalan menuju kantin. Ia menunjukkan ekspresi remeh saat menyebutkan mata ujian di jam pertama mereka itu.

"Terserah," Rachel menyahut malas. Padahal jelas tahu jika Yeji bakal mengambil jurusan kedokteran, mengikuti Jeno-nya itu.

Mereka akhirnya sampai di kantin yang masih terasa sepi. Keduanya berjalan masuk, hendak cepat-cepat membeli makanan sebelum seseorang menabrak bahu Rachel dengan keras. Untungnya, Rachel tak sampai terjatuh, hanya terhuyung sedikit sebab tabrakan orang itu.

"Eh, santai dong lo!" Yeji memegangi Rachel, berseru pada penabrak itu.

"Sorry," Orang itu menyibak rambut, sukses membuat Yeji naik pitam. Rachel juga sih, hanya saja ia masih memasang wajah tenang.

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Where stories live. Discover now