Toxic [47]

4.1K 415 101
                                    

"Pagi!"

Rachel menatap seseorang di depannya dengan kaget. Tadi, ketika ia berjalan dari keluar rumahnya ia benar-benar tak melihat siapapun di depan gerbang. Tetapi mengapa ketika ia menutup pintu gerbangnya kembali, orang itu muncul dengan cengiran lebar yang cerahnya bahkan mengalahkan mentari pagi? Ia terkejut.

Maka dari itu, ia memukul bahu orang itu sebagai reflek. Alisnya bertaut, "kaget!"

"Lagian kenapa udah sampe aja sih, Yut? Baru mau gue chat padahal," Lanjutnya. Ia mengabaikan tawa lebar Yuta yang begitu menggelegar.

Seseorang itu; Yuta, masih tertawa. Tapi tangannya menyodorkan helm pada Rachel, yang di terima oleh perempuan itu dengan kernyitan di dahi.

"Kenapa?" Rachel bertanya dengan nada suara yang masih kentara sekali tengah merasa kesal.

Yuta mengubah tawa lebarnya menjadi sebuah senyuman, "biar aman, Chel. Gue nggak mau ya kalo sampe lo kenapa-kenapa pas gue boncengin. Bisa-bisa nggak bakal di restuin gue,"

"Restu-restu," Rachel mencibir. Meski begitu ia tetap mengangguk mengiyakan. Betul sih, supaya aman. Kita kan memang tak bisa menjamin keamanan ketika berkendara, tetapi dengan memakai helm persentase untuk mengalami kecelakaan lebih kecil dibanding ketika tidak memakai. Lagipula dengan memakai helm pun rambut panjangnya tak akan berkibar-kibar seperti sebuah bendera ketika berjalan di jalan besar nanti.

Helm sewarna mentari, alias berwarna kuning-oranye yang cerah itu telah terpasang di kepala. Rachel melangkah maju untuk bercermin di kaca spion. Ia langsung melotot menatap pantulan sebagian tubuhnya di kaca itu. Wajah pucat nya terlihat sangat aneh sekali karena di padu dengan warna helm Yuta yang sangat ngejreng itu.

"Yuta, lo nggak ada helm lain?"

Menoleh, Yuta memperhatikan helm di kepala pujaan hatinya itu dengan bingung. "Kenapa emang? Kegedean? Atau kekecilan?"

Helaan napas terdengar, Rachel menangkup wajahnya. "Gue keliatan aneh banget tau pake helm kuning oren cerah kaya gini. Sumpah, Yut, gue kaya yolk jadinya!"

"Nggak, yolk mah kuning pucet kalo lo kan kuning cerah. Sini, ngaca lagi coba." Yuta menarik lengan Rachel mendekat, ia mendorong bahu perempuan itu untuk sedikit membungkuk dan berhadapan dengan spion motornya.

Dengan bibir yang senantiasa tersenyum, Yuta melanjutkan, "tuh kan lo cerah banget. Ngeliat lo tuh berasa liat masa depan tau nggak?"

Kedua pipi Rachel memanas parah. Rona merah muda langsung merambat dari pipi hingga telinga. Ia menutup wajah dengan sebelah tangan, sedang tangan lainnya memukul bahu Yuta dengan pelan. "Berisik, ayo berangkat aja deh."

Gelengan di berikan oleh Yuta. Ia menunjuk kearah leher, pada pengait yang belum di pasang oleh Rachel. "Belum di pasang,"

"Sinian," lanjutnya. Rachel mendekat lagi, kepalanya sedikit mendongak agar memudahkan Yuta mengunci pengait helm.

Helai-helai rambut yang menutupi mata di sibak oleh Yuta, menepikannya ke sisi wajah kemudian membenarkan posisi helm itu di kepala Rachel. Ia tersenyum lagi sembari mengunci helm itu, sangat lama sekali rasanya. Rachel juga tak mengalihkan pandangan, malahan balik tersenyum membalasnya.

"Thanks," suaranya mengalun pelan, begitu lembut memasuki gendang telinga. Perempuan itu mengangkat tangan, ikut memegangi tangannya yang masih berada di pengait helm yang di pakai.

"My pleasure," Balasnya. Yuta membawa telapak halus itu ke dalam genggaman, "anything for person who stealing my heart."

"Cheesy," komentar Rachel. Ia kemudian melepaskan tangannya dari tangan besar Yuta. Dirinya sudah akan berujar lagi, mengajak pemuda yang suka pamer cengiran itu untuk segera berangkat. Namun, ternyata Yuta lebih dulu menyela.

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Where stories live. Discover now