Toxic [34]

5.4K 552 25
                                    

Hari minggu, hari yang paling Rachel nanti yakni hari dimana turnamen bola itu di laksanakan akhirnya tiba. Masih tengah hari nanti sih memang, tapi ia sudah sangat tak sabar untuk datang dan menyaksikan. Ia bahkan sudah bolak-balik menanyakan kepada seluruh teman-temannya; Yuta, Yuqi, Yeji, Jeno, juga Yuna; perihal kehadiran mereka nanti. Iya, memang se-excited itu perasaannya.

Jadi pagi ini ia turun ke lantai dasar, hendak bersih-bersih rumah sebelum nanti ia tinggal pergi.

"Eh, Rachel?"

Namun, baru saja menginjakkan kaki di lantai keramik rumahnya, suara berat seseorang mengejutkannya. Saat ia menoleh, sosok Ayah nya yang tengah membawa cangkir kopi lah yang menyapa pandangan. Lelaki yang merangkap sebagai ayah angkatnya itu tersenyum teduh menatapnya.

"Ayah? Ayah di rumah?" Tanya nya.

Ayah mengangguk, "iya, mau libur dulu soalnya capek."

"Oh, hahaha," Rachel menggaruk tengkuk, "em, yaudah Rachel ke dapur dulu."

Jongin menatap Rachel yang melangkah menjauh. Membuat ia menghela napas dengan gusar, bingung bagaimana caranya ia harus mendekatkan diri dengan anaknya itu. Rachel bukanlah gadis yang banyak bicara, itu masalahnya.

Menatap cangkir kopinya yang tersisa sedikit, ia akhirnya mengikuti langkah Rachel. Ia mendapati Rachel tengah mencuci piring; kemungkinan bekas makan malam anaknya itu. Jongin lagi-lagi menghela napas, kemudian menggaruk tengkuk sebab bingung hendak melakukan apa lagi.

"Rachel abis ini mau ngapain?" ia kemudian bertanya.

"Oh, aku mau nyapu sama ngepel. Soalnya nanti mau pergi." Rachel menjawab, ia meletakkan piring yang ia cuci kembali ke rak.

"Eh, mau kemana?"

Rachel mengembangkan senyuman, "nonton turnamen bola, Yah."

Jongin mengangguk-angguk, "kamu suka bola, ya?"

Anggukan semangat Rachel berikan, "suka! Aku sejak di panti sering main bola sama anak-anak yang lain."

"Oh," Jongin mengangguk-angguk lagi, "maafin Ayah, ya. Selama ini kayaknya Ayah kurang perhatian ke kamu. Bahkan kamu yang suka bola aja Ayah nggak tau."

Oh, bagus jika ayahnya itu sadar.

"Iya, ayah kan selalu sibuk."

Menggaruk kepalanya yang tak gatal, Jongin lagi-lagi mengikuti langkah Rachel. Anaknya itu keluar dari dapur, berjalan menuju ruang penyimpanan untuk mengambil sapu, sepertinya sih.

"Nontonnya kapan? Perlu ayah temani nggak?"

Rachel menghentikan gerakan tangan yang hendak meraih alat pel, ia menautkan alis nya heran mendengar pertanyaan sang ayah. Kemudian menoleh pada ayahnya yang kini tengah berdiri di depan pintu.

"Masih nanti siang. Nggak perlu di temenin, kok. Soalnya aku mau nonton sama temen-temen klub, Yah."

"Oh, kamu ikut klub bola juga dong berarti?"

"Iya."

Jongin kembali merasa tak enak hati. Bagaimana bisa seorang ayah tak tahu jika anak gadisnya mengikuti klub bola di sekolah? Hanya Jongin sendiri sepertinya.

Ide Jennie yang telah lalu tiba-tiba terlintas di pikiran. Ia sepertinya harus mengajak Rachel jalan-jalan agar bisa mengobrol dengan leluasa. Matanya mengamati Rachel yang masih sibuk di ruang penyimpanan.

"Rachel, gimana kalo kita jajan aja? Kamu nggak perlu masak, nggak usah nyapu sama ngepel nanti capek."

Rachel jelas terkejut, ia hampir menjatuhkan cairan pembersih lantai jika saja tak segera mengambil fokus. Ia menatap ayah, "sekarang?"

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Where stories live. Discover now