Toxic [53]

3.7K 402 42
                                    

Yuta menatap tas di tangannya dengan sendu kemudian melirik Rachel yang tengah membayar check-in hotel dari sofa tempatnya duduk. Ia masih berada di lobi, menunggu Rachel menyelesaikan check-in dan pembayaran di meja resepsionis. Tadi sebelum berangkat menuju hotel— yang bisa dibilang mewah ini— ia telah menawarkan diri untuk menemani Rachel bermalam di hotel. Pikirnya, mungkin ia bisa menyewa kamar sendiri yang dekat dengan kamar Rachel agar dapat mengawasi perempuan itu sekaligus.

Oh, dan mereka juga sudah mampir ke minimarket untuk membeli roti isi serta beberapa makanan berat lainnya. Yuta-la yang memaksa Rachel untuk membeli semua itu. Sebab jika hanya memakan bubur saja tidaklah cukup untuk mengganjal lapar di perut. Pun begitu, janin di perut Rachel juga butuh nutrisi agar terus sehat nantinya.

Namun pada akhirnya, Yuta tak jadi ikut menginap. Ponsel miliknya mati sehingga ia tak dapat mengabari Mama nya di rumah. Ingin meminjam ponsel Rachel untuk berkabar pun, ia sendiri tak hapal nomor milik Mama ataupun milik keluarga nya yang lain. Mau tak mau, ia harus pulang ke rumah malam ini.

Suara langkah kaki yang mendekat menyadarkan Yuta dari lamunannya. Ia mendongak, mendapati Rachel tersenyum tipis padanya kemudian mengulurkan tangan. "Tas gue," ujarnya.

Rachel sudah nampak lebih segar. Bibirnya tak kering lagi sebab tadi sudah membeli pelembab bibir (atas paksaan Yuta juga), wajahnya sudah tak nampak pucat dan lebih berseri sekarang. Meski lemas masih sedikit terasa, tetapi Rachel berkata tubuhnya sudah lebih baik.

Yuta berdiri, tas sekolah milik Rachel itu ia sampirkan ke bahu. "Gue anter sampe kamar lo deh, Chel."

Rachel tersentak, ia lantas menggeleng, "nggak usah, Yut. Sampe disini aja."

Bahu yang nampak turun dan lesu itu ia rangkul. Ia kemudian mendorongnya untuk berjalan bersama. "Kamar nomer berapa?"

Menghela napas, Rachel lantas menunjukkan kartu bertuliskan nomor 127 pada Yuta. Ia sungkan, tetapi juga tak dapat menolak permintaan Yuta. "Di lantai 4, Yut."

"Yaudah, yuk!"

Keduanya lalu berjalan beriringan menuju lift lantai dasar. Angka 4 di tekan setelah lempengan pintu besi itu tertutup, lalu sentakan kecil terasa sebelum akhirnya kubus lift bergerak naik. Yuta memeluk bahu Rachel ketika merasakan sebuah tangan berpegangan di sisi pinggang. Ia lantas menunduk dan mendapati Rachel memejamkan mata.

"Kenapa?" Tanya nya, perempuan itu mendongak dan menggeleng. "Pusing, Yut."

Yuta mengelus kepala Rachel, "ntar kalo sampe di kamar lo langsung tidur aja."

Rachel mengangguk, ia membalas pelukan Yuta dengan melingkarkan tangannya di sepanjang pinggang.

Ia berpikir, tak ada salahnya juga jika ia mencoba membuka hati untuk Yuta. Pemuda di sampingnya ini adalah pemuda yang baik. Ia yakin jika Yuta sangatlah berbeda dengan Mark. Dilihat dari tatapannya saja sudah terlihat jauh sekali. Kalau Mark menatap Rachel dengan penuh napsu akan obsesi nya pada Rachel, beda lagi dengan Yuta yang terus menatap dengan begitu dalam dan menenangkan.

Ya, tak ada salahnya bukan? Ia harus segera jauh dari Mark. Tidak, bukan maksud ia hendak memanfaatkan kebaikan hati Yuta yang mau saja mempertanggungjawabkan janin di perut. Hanya saja... kalian tahu bukan? Rachel ini lemah, untuk saat ini. Rachel butuh pendamping dan benar-benar mau setia pada Rachel saja ketika tengah hamil muda begini. Ia jelas tak mungkin menyuruh Mark kan? Hell, Mark saja sudah sibuk dengan Lia, bagaimana hendak memperhatikannya?

"Nomor berapa tadi, Chel? Lupa gue."

Suara tersebut mengejutkan Rachel. Ketika ia mendongak, dirinya mendapati Yuta menunduk menatapnya. Ia mengulum bibir, pelukan di pinggang Yuta ia lepaskan. Tangannya meraih tangannya Yuta untuk ia genggam.

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang