Toxic [37]

5.3K 566 46
                                    

"Udah?" Jeno bertanya pada Yeji yang baru keluar dari kamar. Gadis itu mengangguk, melangkah mendekati Jeno lalu duduk di sampingnya.

"Tidur sekarang dia," Yeji berujar.

Saat mereka tiba di rumah Yeji tadi, Rachel berada diambang kesadaran yang begitu tipis. Ia hampir pingsan jika saja Jeno tak segera membawanya masuk. Pendingin ruangan di kamar Yeji di matikan untuk mengurangi hawa dingin. Yeji lekas membuat teh untuk Rachel sesaat setelah anak itu di bawa Jeno masuk ke kamarnya. Ia lalu menyuruh Jeno untuk keluar sebab ia akan menggantikan baju Rachel.

"Pas gue nawarin buat ganti bajunya, dia nangis lagi. Gue nggak tau kenapa dia nggak mau gue gantiin, gue nggak berani nanya. Hati gue rasanya sakit, Jen, denger dia sesenggukan kaya gitu."

Jeno menghela napas. Ia merangkul bahu Yeji mendekat. "Gue juga."

"Tapi, Jen," Yeji menjauhkan tubuh, kemudian membawa tubuhnya agar berhadapan dengan Jeno.

"Hm?"

"Pas kita baru sampe di halte, gue nyium bau aneh gitu pas deketin Rachel. Rada anyir,  gue nggak tau persis itu bau apa. Tapi, baunya tuh kaya," Yeji menautkan alis, lalu memberi gestur tanda petik dengan kedua tangan, "sperm."

"Gue jadi takut." Lanjut Yeji, menggigit ujung jarinya beberapa kali lalu mengusak rambut.

Jeno menghela napas lagi. "Kemeja yang dipake Rachel juga sobek kan bawahnya. Pas jaketnya kebuka karena angin, gue liat pinggangnya kaya lebam."

"Lebam gimana?"

"Ya lebam, merah kaya biru gitu, Yeji. Gue mikirnya, mungkin itu bekas tangan orang? Bukan mau mesum atau gimana, tapi kayak— hah, lo tau kan orang-orang yang nganu pasti ceweknya ada bekas merah-merah lebam gitu di pinggangnya. Apalagi kalo yang main ka—"

"Stop! Aduh, nggak usah dilanjut!" Yeji membekap mulut Jeno. Telinga risih mendengar penjelasan Jeno yang— astaga, terdengar seperti seorang yang sudah pernah melakukan hal itu.

Jeno mengangguk, tangan Yeji di mulutnya ia genggam kemudian ia kecup beberapa kali. Yeji mendesahkan napas, ia bersandar di bahu Jeno. Matanya menatap kosong ke bawah. Baru beberapa detik hendak melamun, matanya dibuat melotot sebab melihat sesuatu di celana Jeno.

Di bagian depan celana Jeno terdapat bekas kemerahan yang lumayan lebar. Seperti darah. Ia lalu menatap Jeno sangsi.

"Ini, lo kenapa?" Tunjuknya pada bagian merah itu.

Jeno menundukkan  pandangan. Ia terkejut bukan main saat melibat bekas merah itu. Ia ingat! Saat memangku Rachel tadi, ia memang merasakan sesuatu yang basah mengenai pahanya. Namun ia tak berpikir jika itu adalah darah.

"Gue nggak tau. Tapi, pas gue di mobil tadi emang ngerasa basah-basah kena ke celana."

Yeji terdiam. Menolehkan kepala pada Jeno dengan kaku. Keduanya bertatapan dengan pandangan yang melotot. Memiliki pemikiran yang sama, soal keadaan yang mungkin tengah dialami Rachel.

Tak berkata apapun, Yeji bangkit. Ia berlari kecil menuju kamarnya. Di belakangnya diikuti Jeno yang juga berlari menyusul.

"Gue harus mastiin sesuatu!" Ujarnya, mencari pakaian Rachel yang bertumpuk di keranjang pakaian kotor miliknya. Ia mengambil kemeja Rachel, jaket, juga celana yang tadinya dikenakan sang teman.

Yeji membolak-balikkan kemeja, jaket, dan terakhir meraih celana itu. Matanya membola, menatap penuh rasa kejut pada noda merah yang begitu besar di bagian tengah celana dan melebar ke bagian belakang. Celana Rachel berwarna abu-abu, maka dari  itu noda merahnya terlihat begitu jelas.

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Where stories live. Discover now