Toxic [13]

9.7K 1K 11
                                    

Mark sudah kembali sehat. Sudah makan seperti biasa, berangkat sekolah seperti biasa. Bahkan sudah kembali mengikuti latihan bola basket. Padahal seharusnya ia sudah istirahat dari ekstrakurikuler tersebut. Maklum, sudah kelas 12. Namun Mark masih sering ikut bermain.

Berbeda dengan Rachel, gadis itu kini sudah lepas tangan dari klub sepak bola dan benar-benar menyibukkan diri dengan materi ujian. Niatnya sih, ia akan mengambil jurusan Satra, atau mungkin Pendidikan Olahraga. Meski ia berada di kelas IPA, tetapi minatnya pada pelajaran menghitung sangatlah minim. Malas sekali rasanya jika sudah melihat deretan angka. Masuk di kelas IPA juga sebenarnya bukan keinginannya sendiri, melainkan keinginan Ayah dan Bunda angkatnya.

Seperti siang ini, saat jam istirahat kedua berlangsung. Rachel dengan beberapa murid kelasnya, memilih membaca buku-buku di perpustakaan. Memilih membaca buku mengenai anatomi tubuh, ia agak kesulitan menghafalkan nama latinnya omong-omong.

Sedangkan Yeji— yang duduk di samping Rachel— malah membaca novel romansa dengan sesekali tertawa kecil. Membuat Rachel jengah tentu saja. Bisa-bisanya ia bersantai  sedang ujian kelulusan tinggal sebentar lagi. Tapi ya tak heran juga sih sebenarnya, karena Yeji itu termasuk siswi pintar di sekolah. Anak itu selalu mendapat peringkat 3 paralel sekolah. Begitupun dengan Jeno yang selalu mendapat 3 besar di kelas nya.

Omong-omong soal Jeno, Rachel jadi teringat dengan Mark sore itu. Apa sebaiknya ia bicarakan saja dengan Jeno juga Yeji? Maksudnya, meminta saran soal hubungannya dengan Mark.

"Ji,"

Yeji mengalihkan pandangan dari novelnya sesaat, "apa?"

"Balik sekolah nanti bisa ngobrol bentar nggak sama Jeno?" Rachel menutup bukunya, sepenuhnya memusatkan atensi pada temannya itu.

"Bisa lah," kini giliran Yeji yang menutup buku, "Chel, sumpah dah lo kalo mau ngobrol kek ketemuan kek atau apa kek, sama Jeno tuh boleh-boleh aja. Nggak usah minta ijin atau bilang ke gue dulu. Santai aja kenapa sih,"

"Nggak gitu. Maksud gue, gue mau ngomong sama Jeno sama lo juga. Bukan berdua gue sama Jeno doang anjir, hahaha," Rachel tertawa pelan. Sedikit mengejek Yeji yang tadinya sudah menggebu itu.

Yeji mencebik, "kirain,"

"Mau ngomongin apa sih btw?" lanjut gadis itu.

"Soal Mark sih," Rachel menghela napas, "gue mau nanya ke Jeno juga,"

Yeji mengangguk-angguk. Ia menarik lengan Rachel pelan, mengajak gadis itu berdiri. "Ayo balik ke kelas,"

Dan Rachel langsung mengangguki ajakannya.

***

Sore hari, dimana jam pelajaran telah usai. Ketiga remaja itu duduk di teras paling ujung di deretan ruang kelas 10. Sengaja memilih tempat sepi untuk mengobrolkan hal 'sensitif' ini.

Rachel, Yeji, juga Jeno duduk di sana. Membentuk lingkaran macam akan berkenduri, dengan satu botol minum milik Yeji yang berada di dekat lutut gadis itu.

Sebenarnya, hari ini tak ada jadwal les untuk kelas Rachel. Makanya ia berinisiatif untuk membicarakan ini dengan Jeno juga Yeji. Beda halnya dengan kelas Jeno. Hari ini, kelas pemuda itu kedapatan jadwal les yang mana dimulai 45 menit setelah bel pulang berbunyi. Dan artinya, mereka masih memiliki 40 menit lagi untuk mengobrol.

Jeno berdehem, memecah keheningan. "Jadi, apa?"

Rachel menghela napas, "bener kata lo, Jen."

"Mark beneran beli kontrasepsi," lanjutnya.

Rachel juga Jeno langsung membelalak kaget tentu saja. Yeji yang tadinya duduk malas-malasan, kini menegakkan punggung. Beringsut mendekat kearah Rachel demi mendengar dengan jelas apa yang gadis itu ucapkan.

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora