Toxic [02]

15.8K 1.4K 18
                                    

Rachel menusuk batagor di piring, lalu memasukkan nya ke mulut. Matanya bergerak sibuk, membaca data anggota klub sepak bola di ponselnya. Sebagai ketua, apalagi sekarang ia sudah menduduki kelas 3, tentu sedikit sibuk mengurus pergantian anggota. Anggota yang sudah kelas 3 akan segera lulus dan di ganti oleh anggota di bawahnya.

Ia dan beberapa pengurus sudah memilik calon yang akan di pilih sebagai ketua menggantikan Rachel nantinya. Ada 3 anak yang akan di calonkan.

Yuqi- sekretaris klub sepak bola putri- sudah mengirimkan data dari ketiga calon. Dan yah, ia hanya akan membaca dan menghafal wajah para calon.

"Chel,"

Rachel menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Di sampingnya, ada Yeji yang kini menunjuk ke depan. Sontak ia mengikuti arah yang di tunjuk, dan mendapati Mark dengan teman-temannya duduk di meja depan. Berjarak sekitar 3 meja dari meja yang Rachel tempati.

"Menurut gue, itu berlebihan deh." Yeji bersuara.

Mata Rachel kembali menatap ke depan. Ya, Rachel tau maksud Yeji. Mark, tengah mengobrol dengan seorang siswi dengan tangan yang menggenggam erat tangan siswi tersebut. Iya, Rachel tau jika hal itu berlebihan.

"Ya terus kenapa?" ujar Rachel acuh. Ia kembali memakan batagor di piring yang sudah tersisa beberapa butir.

Yeji menghela napas, "Chel, lo nggak cemburu atau apa gitu? Mark, pacar lo megang tangan cewek lain. Kalo cuma temen ya nggak mungkin lah,"

Rachel mengedikkan bahu. Lalu beranjak untuk mengembalikan piring sekaligus membayar makanannya. Bersamaan dengan itu, siswi yang tadi mengobrol dengan Mark berbalik. Juga berjalan menuju stan kantin yang Rachel tuju.

"Ra-rachel?"

Kepala Rachel menoleh, mendapati seorang siswi tengah menatapnya dengan pandangan takut. Ya ya ya, Rachel tahu siswi ini adalah siswi yang tadi. Siswi yang tangannya di genggam erat oleh Mark.

Lia.

"Hm?"

Rachel memasukkan uang kembalian nya ke saku baju. Lalu menatap Lia dengan sebelah alis yang terangkat. Yang mana hal tersebut membuat Lia merasa terintimidasi. Rachel itu sangat seram jika menjadi diam.

"Maaf, gue... gue nggak bermaksud-"

"Ya gue tau. Lo sama Mark nggak ada apa-apa meskipun udah pegangan tangan," Rachel tersenyum lalu mengangguk sopan. Setelah itu segera berbalik dan berjalan meninggalkan Lia yang mematung di tempat.

***

"Iya gue nanti kesana. Oh, ya? Oke, gue kesana sekarang. Iya, buku rekap data juga bakal gue bawa kok, lo tenang aja. Oke thanks ya, Yut!"

Rachel memasukkan ponsel ke saku celana training nya, lalu meraih buku bersampul biru di meja. Setelahnya ia segera berjalan keluar. Di luar sudah lumayan sepi. Hanya ada beberapa anak yang mengikuti ekskul saja yang masih menetap. Termasuk Rachel yang kini berjalan cepat menuju ruang olahraga.

Berbelok di koridor dekat perpustakaan, mata besarnya menangkap sosok Mark di teras perpus. Ia menatap ke depan, memastikan jika sosok itu memang Mark. Dan yah, itu memang Mark. Duduk di teras dengan seorang siswi yang duduk di samping Mark. Meski jaraknya dengan Mark begitu jauh, tapi Rachel tahu jika Mark tengah menggenggam tangan siswi itu.

Lia, lagi.

Rachel berjalan santai, melewati kedua orang itu dengan tanpa menyapa. Mark sendiri pun hanya diam mengabaikan. Menganggap Rachel orang lain. Menganggap Rachel tak pernah melewatinya. Menganggap Rachel tak menahu soal ia dan Lia.

Di ujung sama, terlihat Yuta yang bersedekap dada. Menanti Rachel yang kini memasang senyum lebar.

Mark pun melihat itu. Melihat bagaimana Rachel bersalaman dengan Yuta. Melihat bagaimana Rachel tersenyum lebar, tampak sangat cantik. Senyum yang bahkan tak pernah terbit saat tengah bersamanya.

Selalu begini. Mereka berdua, memang selalu menyakiti.


Lagi, saya mohon sama kalian buat nggak sangkut pautin cerita ini ke kehidupan asli mereka, ya. Ini cuma cerita fiksi, jadi jangan anggep sifat mereka di cerita ini memang sifat asli mereka.

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Where stories live. Discover now