Toxic [27]

5.6K 587 17
                                    

"Rachel? Sakit?"

Rachel menegakkan punggung, ia mengangkat kepalanya yang semula ia tempelkan ke meja. Matanya bergerak acak, mencari-cari alasan untuk menjawab pengawas ujian yang baru saja bertanya.

"Eh- nggak, Bu. Cuma... sedikit pusing, maaf."

Pengawas ujian itu menghela napas, mulai melangkah mendekati Rachel. "Sejak awal, saya lihat kamu terus-terusan seperti tadi. Pusing sakit atau pusing sebab mengerjakan?"

Senyuman tipis Rachel berikan, "hehe, pusing karena mengerjakan, Bu."

"Hah... Ya sudah, sana ke kamar mandi dulu. Cuci muka, biar fresh terus nggak pusing lagi."

Helaan napas samar Rachel keluarkan, sebelum akhirnya beranjak dan menuruti ucapan pengawas tersebut. Sedikit merasa malu karena menjadi pusat perhatian. Meski mereka semua teman satu kelasnya sejak kelas 10, tapi tetap saja ia tak terbiasa.

Karena pada dasarnya ia itu memang pendiam. Ia jarang bergabung dengan gerombolan siswi yang bergosip, pun jarang bergabung dengan siswi yang berbelanja bersama selepas pulang sekolah (kelasnya sering sekali mengadakan acara-acara seperti itu). Jika tidak ada Yeji, mungkin ia akan benar-benar sendiri. Ditambah lagi, ia sering keluar dari kelas. Contohnya seperti saat klub sepak bola mengharuskan anggota nya berkumpul pada jam pelajaran.

Di kelas Rachel, memang hanya ia sendiri yang mengikuti ekstrakurikuler itu. Yang laki-laki kebanyakan memilih mengikuti pencak silat dan voli. Sedang perempuan di kelasnya itu lebih suka bergabung dengan olimpiade, teater, dan dance. Jadi, Rachel benar-benar sendirian saat menghadiri acara dari klub sepak bola.

Kedua tangan Rachel menadah pada air dingin yang mengalir dari kran di kamar mandi. Setelahnya ia segera mengusapkannya pada wajah hingga beberapa kali. Benar kata pengawas ujiannya, kini ia mulai merasa lebih segar dari sebelumnya.

"Hah," Rachel menghela napas lagi. Matanya menatap lurus pada pantulan dirinya di cermin. Memperhatikan wajah basahnya, mata nya yang terlihat sayu dan berkantung sebab semalam sempat bergadang, juga bibirnya yang tampak kering.

"Semoga nggak keliatan deh," gumamnya sembari menyentuh sebuah koyo yang sejak pagi ia tempel di leher. Untuk menutupi bekas gigitan Mark kemarin tentu saja.

Selesai dengan urusan di kamar mandi, ia segera kembali ke kelas. Kalau saja bukan ujian, ia pasti akan berlama-lama di kamar mandi.

"Sudah?" Rachel mendongakkan kepala saat mendengar itu. Ia mengangguk, tersenyum sopan pada pengawas tersebut lalu kembali ke tempat duduk.

Sudah duduk di tempatnya, Rachel di kagetkan oleh kursinya yang tiba-tiba di tendang. Ia berjengit, cepat-cepat menoleh ke belakang. Lalu mendapati cengiran lebar dari Yohan, sang ketua kelas yang duduknya tepat berada di bangku belakang Rachel. Yohan menolehkan kepala ke kanan-kiri, lalu melongok ke depan memperhatikan sang pengawas ujian yang tengah sibuk dengan laptopnya.

"Lo kenapa sih? Serius, gue liat dari pagi lo lesu bener." Yohan bersuara pelan.

Dalam hati Rachel mendengus saat mendengar penuturan Yohan. Cih, tumben sekali.

"Nggak papa." Jawabnya singkat, sudah akan membalikkan badan tetapi tertahan karena Yohan kembali bersuara.

"Rachel, serius." Yohan hendak menahan tangannya yang langsung ia tepis dengan cepat.

Rachel berdecak samar akan hal itu, "nggak papa, capek aja semaleman belajar Bio."

Bohong. Padahal semalam ia tak belajar sama sekali, dan bahkan baru sempat menyentuh buku saat ia sudah rapi dengan seragam dan bersiap berangkat. Dirinya menyempatkan diri untuk membuka buku di halte saat menunggu bus. Karena pada malam harinya, ia menyibukkan pikirannya dengan memikirkan perihal Mark. Soal perlakuan Mark kemarin-kemarin, lalu soal Mark yang tiba-tiba menciumnya.

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Where stories live. Discover now