Toxic [44]

4.4K 434 39
                                    

Hari minggu, saat pagi harinya Yuta dikejutkan oleh deret notifikasi panggilan tak terjawab dari Rachel. Iya, seorang Rachel Kim ternyata menelpon Yuta berkali-kali yang sayangnya tak dijawab olehnya. Ia sangat terkejut sekaligus penasaran mengapa perempuan itu menelpon nya pagi-pagi begini, hingga belasan kali bahkan.

Dengan gerakan cepat, ia bangkit dari singgasana ternyaman nya. Saking buru-buru nya, ia bahkan hampir jatuh terjerembab sebab kakinya terlilit selimut. Umpatan kasar jelas langsung keluar saat itu juga. Ia melanjutkan langkah menuju kamar mandi.

Setelah mencuci muka, ia cepat-cepat mengambil ponsel. Ia abai pada kondisi tangan yang masih basah, dan langsung menekan tombol panggil. Ia balik menelpon Rachel, hendak menanyakan soal keadaan apa yang tengah dialami perempuan itu sehingga membuatnya menghubungi Yuta.

Panggilan tersambung, lalu tak sampai tiga puluh detik pun di terima dari sebrang sana.

"Halo, Chel?"

Terdengar tawa ringan dari sebrang sana. "Hai,"

Yuta menghela napas lega saat mendengar tawa pelan tersebut, ia mengusap wajahnya yang masih basah dengan sebelah tangannya. "Lo ngapain nelpon gue? Lo nggak papa kan?"

"Nggak kok," Entah kenapa, Yuta merasakan jika dalam suara tersebut terdapat nada riang yang tersemat.

"Terus ngapain? Panik gue, anjir. Baru bangun, tau-tau banyak notif missed-call dari lo."

Hening di sebrang sana. Yuta jadi menerka-nerka, sedang apa sih Rachel sampai menelponnya pagi-pagi begini?

"Em, Yut?" Suara itu terdengar kembali.

Yuta tersentak dari lamunannya. Ia menyahut, "Hm, apa?"

"Sunmori yuk!"

Yuta mematung. Rahangnya jatuh, mulutnya menganga sebab terkejut. Sunmori, Rachel bilang? Huh, yang benar saja? Rachel ingin Yuta mati karena salah tingkah ya memangnya?

Bukan bermaksud lebay, atau apa. Jujur saja sejak kemarin— dimana Rachel berkata akan berusaha menyukai nya, Yuta jadi sering gugup sendiri jika mendengar nama Rachel. Atau, saat tak sengaja nama tersebut terlintas di pikiran, ia pasti akan tersenyum-senyum sendiri seperti orang kurang waras diikuti jantungnya yang berdentum-dentum tak karuan.

Dan ajakan untuk sunmori itu, sungguh membuatnya mati kutu. Ingin mengiyakan, tapi ia takut jika tak bisa mengontrol kondisi wajah ketika bertatap muka dengan Rachel. Karena saat bertemu nanti pasti ia akan berubah menjadi konyol dengan terus tersenyum lebar. Hendak menolak, ia sendiri takut jika momen seperti ini tak akan datang lagi nanti.

"Bisa nggak?" Suara Rachel kembali terdengar. Meski pelan, nyatanya Yuta sampai terlonjak sebab itu. Terlalu sibuk pada lamunannya membuat ia kurang fokus.

Berdehem setelah beberapa saat, Yuta memindahkan ponsel yang semula berada di telinga kiri menjadi di sisi telinga kanan. "Bisa-bisa aja gue, Chel. Mau jam berapa?"

"Sekarang aja gimana?"

Dan dengan itu, Yuta langsung kalang kabut. Ia masih awut-awutan, wajahnya masih kentara sekali jika habis bangun tidur, dan yang terpenting ia belum mandi. Namun demi Rachel, demi cinta-nya yang tengah mekar itu maka ia mengiyakan.

"Oke, kalo gitu gue siap-siap dulu," Jawabnya. Kini, senyuman sudah mulai nampak dari bibirnya. Melengkung naik, seolah memang tak sabar menunjukkan kegembiraan nya pada Rachel nanti.

Panggilan telepon mereka telah selesai, Yuta segera bergegas menuju kamar mandi di dalam kamar tidur miliknya. Acara membersihkan diri itu berlangsung singkat, yang semula bisa menghabiskan waktu hingga belasan menit kini selesai dalam waktu 5 menit kurang. Setelah itu, Yuta kembali sibuk mencari pakaian yang sekiranya cocok.

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Where stories live. Discover now