Toxic [50]

4.2K 407 29
                                    

Ujian praktek yang di lalui oleh murid-murid kelas 12 bisa dibilang lumayan padat. Harus berkutat di ruangan laboratorium, melakukan pengamatan, lalu membuat laporan hasil pengamatan pula. Sangat menguras tenaga, terlebih bagi murid-murid yang berada di jurusan MIPA. Hampir tiga hari berurut-turut mereka masuk ke dalam ruang lab untuk melakukan ujian praktek dari mata pelajaran yang berbeda-beda, yakni Kimia, Fisika, dan tentu saja Biologi. Belum lagi mereka harus melakukan uji coba pada pertumbuhan beberapa biji yang telah di tentukan, kemudian masih harus melakukan observasi lanjutan untuk biji yang telah tumbuh. Baru setelahnya, laporan pengamatan pun di buat.

Murid-murid yang keadaan tubuh nya normal saja merasa lelah bukan main, apalagi Rachel yang kini tengah berbadan dua. Bisa dikatakan, Rachel terus memaksakan kondisi fisiknya untuk tetap mengikuti ujian.

Usia kehamilan yang masih sangat muda nyatanya membuat suasana hati Rachel tak menentu keadaannya. Saat seharusnya fokus memikirkan mata ujian, tetapi tiba-tiba rasa gelisah menyerangnya. Lalu rasa lelah juga sering sekali mampir. Pagi hari saja kadang kala Rachel sudah merasakan pegal-pegal di punggung dan pahanya meski menaiki mobil ketika berangkat.

Rachel juga sering sekali terserang lemas. Ketika pagi, siang, sore, ataupun malam, entah sudah makan ataupun belum, Rachel tetap merasa lemas seperti tak pernah mengisi tubuhnya dengan energi sama sekali. Bahkan ia juga hampir jatuh tersungkur ketika berjejalan di kantin untuk membeli makanan. Beruntungnya saat itu ada Yeji yang menemani nya. Jika tidak, kemungkinan ia akan dipermalukan sampai habis.

Lalu sekarang, disaat kelas lain tengah berantai-santai sebab meraka hanya perlu menunggu pengumuman nilai ujian dan kelulusan, kelas yang berada di jurusan MIPA justru masih dipusingkan dengan laporan pengamatan yang perlu di susun sebagai nilai tambahan. Termasuk Rachel, si anak jurusan MIPA yang tengah ketiban sial kali ini.

Sore ini, Rachel pergi untuk mengeprint dokumen berisi laporan yang telah ia buat sejak beberapa hari lalu. Sebenarnya tak banyak, mungkin sekitar 15 lembar jika di cetak. Namun, Rachel harus merevisi laporan tersebut berkali-kali karena ada beberapa kesalahan dalam susunan kerangka nya. Menyebabkan ia hampir begadang di setiap malamnya, melupakan jadwal makan malam dengan terlalu sering, kemudian ketika bangun pun tak sempat memakan sarapan sebab harus buru-buru menuju sekolah untuk segera mengamati pertumbuhan yang di alami oleh tanaman miliknya.

Ketika dalam perjalanan untuk mencetak laporan miliknya, mobil Rachel secara tiba-tiba tak dapat berjalan. Entah karena apa, yang jelas ketika tombol starter ia tekan kembali dan gas ia injak, mobil berwarna putih salju nya itu tak mau bergerak barang satu inchi pun. Padahal, perjalanan yang ia tempuh masih setengah jalan.

Dengan perasaan kalut, maka ia menelpon sang Ayah. Suara perutnya yang bergemuruh meminta asupan energi bahkan ia abaikan.

Panggilan tersambung, Rachel mendengar suara sang Ayah dari sebrang sana. Ayahnya telah kembali dari luar kota sejak kemarin, omong-omong.

"Kenapa, Rachel?"

"Ayah, mobilnya mogok." Ujarnya, ia melirik kuda besi nya yang terparkir di pinggir jalan dengan miris.

Di sebrang sana, Ayah lantas berdiri dari duduknya. Kakinya melangkah menuju kamar untuk mengambil kunci mobil, hendak menyusul sang putri. "Astaga, kamu pakai mobil yang mana emangnya?"

"Yang putih, Yah. Kayaknya punya Bunda yang beli pas aku kelas 11 kemarin," Terangnya, mengingat-ingat soal kepemilikan mobil. Memang milik Bunda, tetapi ia diijinkan untuk menggunakan sepuasnya. Sebab Bunda telah membeli mobil baru untuk di pakai sendiri.

"Ya ampun, mobil itu kan bulan ini belum di service nak. Aduh, kamu tadi pamit nggak sama Bunda? Kok kamu nggak di kasih tau kalo belum di service sih,"

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang