Toxic [57]

4.1K 394 17
                                    

"Mau beli sesuatu dulu nggak?"

Yuta bersuara kala mereka berdua melewati kawasan pertokoan yang menjual berbagai makanan. Laju sepeda motor pun di pelankan oleh Yuta, sembari menunggu lawan bicaranya menyahut. Rachel mungkin saja lapar, setelah berjam-jam terkurung di dalam aula.

Tak perlu menunggu lama untuk Rachel menyahut. Ia menepuk bahu Yuta beberapa kali, jemarinya menunjuk sebuah stan di pinggir jalan besar dengan berbagai buah-buahan di lemari kacanya. "Mau jus!"

Anggukan diberi, Yuta membawa sepeda motornya untuk menepi dan menuruti kemauan Rachel. Sepertinya anak itu memang haus sekali. Wajahnya tampak lesu, bibirnya sejak tadi ditekuk ke bawah.

Oh, andai saja Yuta tahu penyebab 'wajah lesu' ini bukanlah rasa haus, lelah, ataupun lapar sepertinya yang ia pikirkan. Lalu apa?

Betul, sebab Mark.

Sejak bertemu dengan Mark di kelas tadi, Rachel jadi terlihat lebih diam. Entahlah, sepertinya Yuta memang tak sadar. Lagipula, Rachel juga tak bercerita pada Yuta jika ia sempat 'berduaan' dengan Mark. Rachel tak mau Yuta salah sangka dan berakhir beradu otot dengan Mark. Cukup, ya, Rachel lelah melihat keributan semacam itu.

Bermenit-menit ia menangis di hadapan Mark, dengan kedua tangannya menutupi wajah dan tubuh lemas yang ditopang oleh Mark pula. Pemuda itu memegangi bahunya, masih setia dalam posisi berlutut sembari mengucap maaf berkali-kali. Anehnya, Rachel tak memberontak. Ia hanya diam, tak melawan Mark saat sosoknya mengelus bahunya bermaksud menenangkan.

Rachel bimbang lagi. Akankah Mark bersungguh-sungguh dengan kata maafnya?

"Mau jus apa, Chel?"

Suara berat berikut sentuhan lembut di bahu menyadarkan Rachel dari lamunan. Ia mengerjap, pandangannya mengedar menatapi sekitar. Ternyata mereka sudah menepi, bahkan sudah berhenti di dekat stan jus buah yang ia maksud tadi. Hanya saja, keduanya masih bertengger di atas motor.

"Bentar," gumamnya. Ia mengelus perut yang terlapisi jaket hitam miliknya. Ia memakainya saat perjalanan menuju parkiran, omong-omong.

Dahi Yuta berkerut, ia menoleh pada Rachel, "lah emang mau ngapain?"

Rachel tak menjawab, ia beralih menatap perutnya yang masih rata. "Gue mau beli jus, lo pengennya jus buah apa? Apa aja boleh deh, asal jangan mangga."

Kerutan di dahi Yuta makin nampak setelah mendengar Rachel berbicara demikian. Ucapannya pelan, tetapi mampu di dengar oleh Yuta dengan sangat jelas sebab jarak mereka yang juga begitu dekat. Ia memegang sebelah tangan Rachel yang tengah mengelus perut, "tunggu, ini lo ngomong sama...."

"Iya," Rachel mengangguk sambil tersenyum masam, ia menunjuk perutnya lagi. "Sama dia, Yut."

"Lo ngomong sama dia pake 'lo-gue' kaya gitu, Chel?" Sergahnya. Ia memicing saat mendapati Rachel mengangguk ragu. Kepala perempuan itu bertoleh, memutuskan kontak mata mereka begitu saja.

Hembusan napas dikeluarkan oleh Yuta dengan pelan. Ia mengelus surai panjang Rachel, kemudian dengan perlahan membawa kepala itu agar mereka kembali bersitatap. Senyuman teduh diberikan oleh Yuta. Ia mengelus sebelah pipi Rachel dengan penuh sayang. "Kalo sama dia jangan kaya gitu ngomongnya, Chel. Nggak enak di denger tau,"

"Harus yang lembut, jangan kaya lagi ngomong sama preman gitu dong." Lanjutnya. Dapat ia dengar kekehan ringan yang sumbernya dari Rachel. Perempuan itu menyentuh tangannya yang masih bertengger di pipi, ia mengangguk pelan.

"Iya," Rachel menjauhkan tangan Yuta perlahan. Matanya menerawang jauh ke depan. "Sejujurnya, gue nggak tau harus manggil dia kaya gimana. Gue masih terlalu asing sama hal-hal kaya gini- maksud gue, sayang-sayangan sama bayi di perut."

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Where stories live. Discover now