boom! (bonus 1)

4.2K 275 15
                                    

Jika boleh kembali mengulik masa lalu nya lebih dalam, Mark akan dengan senang hati melakukan hal itu. Mengenang saat-saat pertama kali keduanya bertemu, saat belum saling mengenal satu sama lain membuatnya selalu tersenyum diam-diam.

Kala itu mereka masih duduk di tingkat pertama. Setelah masa orientasi siswa selesai, Mark langsung bergabung pada klub basket. Sejak kecil ia menyukai olahraga tersebut memang.

Saat siang hari, dimana ia kedapatan jadwal latihan yang bersamaan dengan klub sepak bola ia melihat Rachel. Sosoknya yang tinggi berlari menggiring bola, keringat mengalir di sekujur tubuh, rambutnya basah juga lepek karena keringat. Sorakan demi sorakan terdengar mengiringi aksi Rachel. Ia yang masih berstatus murid baru, saat itu sudah menjadi idola. Tentu karena wajahnya yang cantik dan keahliannya dalam olahraga bola besar tersebut.

Tak ada bedanya dengan Mark yang juga langsung jatuh hati pada sosoknya. Ia ingin mengenal sosok itu lebih jauh, tetapi tidak tahu harus memulai dari mana. Maka dengan segala kebingungan itu, ia menendang bola yang menggelinding mendekati kakinya hingga memantul ke tembok yang menjadi pot dari pohon besar di sana. Dan berakhir kembali menggelinding kearahnya. Bola tersebut ia ambil, menatapinya lamat-lamat tanpa tahu jika sebetulnya ada seseorang yang mengejar bola tersebut.

"Sorry," ujar sosok itu pada Mark. Dilanjutkan dengan bertanya, "bola nya bisa gue ambil kan?"

Mark tersentak atas suara tersebut. Ia mendongak cepat, mendapati sepasang mata bulat yang menatapnya sayu. Murid perempuan itu nampak terengah-engah, menunjuk bola yang dipegang oleh Mark.

Namun bukannya menyerahkan bola di tangan pada sosok di hadapannya, Mark malah menarik tangan itu hingga si empu mendekat. "Jadi pacar gue," ujarnya cepat.

Ia reflek berkata demikian saat melihat mata berbinar itu. Sangat cantik, Mark belum pernah menemui perempuan secantik ini sebelumnya. Harap-harap cemas ia menanti sahutan dari siswi yang lengannya masih ia tawan. Dalam hati juga sudah bersiap-siap untuk menahan malu jika saja siswi ini menolaknya. Tetapi jawaban tak terduga menyusup ke gendang telinga.

Siswi itu mengangguk, "oke." Katanya.

Setelah itu, bola yang tengah ia bawa di rebut paksa. Siswi itu berbalik, berjalan cepat meninggalkan Mark yang masih mematung dan kembali bergabung dengan teman-temannya di lapangan. Mark tersenyum samar melihatnya, gadis yang lincah, pikirnya.

Sebab sudah berstatus sebagai pacar, Mark akhirnya memilih mengamati pergerakan siswi tadi selagi klub basket beristirahat. Dapat Mark rasakan jika siswi itu sesekali menoleh kearahnya dan tersenyum tipis.

Ketika klub sepak bola beristirahat, siswi itu berlari mendekat. Ia mengulurkan tangan pada Mark, "gue Rachel, lo?"

Sambil menarik lengan itu agar ikut terduduk seperti dirinya Mark menjawab. "Mark Lee, seneng bisa pacaran sama lo."

***

Memang semudah itu mereka menjalin hubungan. Sama-sama mengabaikan fakta jika mereka baru mengenal satu sama lain, abai terhadap fakta jika rasa suka belumlah muncul pada hati mereka berdua. Mereka hanya menuruti nafsu belaka, yang inginnya memiliki tambatan hati seperti muda-mudi lainnya. Tidak peduli jika satu diantara mereka masih memikirkan masa lalu.

Tentu saja Mark, siapa lagi memang?

Mark telah lebih dulu mengenal Lia. Bahkan dengan kurang ajarnya sempat berharap jika yang ia pacari adalah Lia, bukan Rachel. Namun realita menariknya kembali ke alam sadar. Rachel dan Lia berbeda, dan saat itu Mark mencoba untuk melupa semua hal tentang Lia. Ia mulai menaruh atensi pada Rachel semata.

"Rachel," panggilnya. Sore yang cerah di hari itu, ia bersama Rachel tengah mampir ke sebuah toko buku yang juga tergabung dengan restoran cepat saji. Mereka memesan salah satu makanan berat di sana setelah Rachel mendapatkan buku yang di cari.

Si pemilik nama menoleh, "ya?"

Mark mengulurkan tangannya untuk menyisir poni sang pacar yang sedikit berantakan, "lo cantik."

Rachel berdecak, "kirain apaan."

"Serius gue," Mark mengulang. Ia dan Rachel bertatapan, "lo beneran cantik."

"So cringe but thanks," Rachel tertawa. "Namanya cewek ya cantik, Mark. Kalo gue ganteng malah serem."

Tanpa Mark tahu, Rachel sebetulnya tengah menghindar. Ia tak mau terlalu larut dalam perasaan bahagia hanya karena di puji demikian. Rachel harus selalu antisipasi, bisa saja Mark memiliki niat buruk lalu menggunakan pujian-pujian seperti itu sebagai jalan awal.

"Mark,omong-omong minggu besok bakal ada turnamen bola di sekolah. Lo mau nonton nggak?" Tanya Rachel, kepalanya menoleh pada Mark yang tengah menyantap pesanannya.

Sambil mengunyah, Mark berpikir. Ia sendiri sebenarnya kurang mengerti tentang sepak bola. Dibilang suka ya tidak, dibilang tidak suka pun suka. Tetapi kali ini tak ada salahnya juga jika ia ikut menonton. Toh hanya di sekolah, bukan di stadion atau di lapangan yang jauh dari rumahnya. Maka dari itu ia mengangguk setuju, ia menjawab setelah menelan kunyahan. "Ya, gue nonton. Mau gue jemput?"

"Yes!" Rachel berseru tertahan. Ia terkekeh, "makasih Mark, lo baik deh."

"Selama gue jadi pacar lo apapun bakal gue lakuin buat lo, Chel."

[ F I N ]






Note:


Saya bakal ngasih 3-4 part bonus yang isinya nanti kilas balik Rachel sama Mark waktu lagi pacaran. Genre-nya bakal masuk ke fluffy sih, hahaha. Saya pengen bagiin yang seneng-seneng dan romantis aja, capek juga nulis yang sedih+penuh konflik kaya part-part biasanya.

'FIN' diakhir bagian, menandakan kalo part bonus nya selesai ya. Jadi setiap part bonus nanti nggak berkelanjutan, kisahnya udah sendiri-sendiri gitu deh pokoknya.

See you!😁

Toxic [ Mark Lee ] (✔)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora