06.Dia iblis pembunuh!

1.5K 113 10
                                    

06.Dia iblis pembunuh!

Andaikata mulut Rai sudah berbusa kala terus menjelaskan kejadian kacau kemarin di kantin, pembuktian yang terlontar dari mulutnya tetap ditolak oleh mereka, malah Ibunya Faiz akan menuntut atas tindakan kekerasan Rai pada puteranya yang jelas bersalah.

"Zara sekarang kamu kasih penjelasan dong, kamu itu korban aslinya," desak Rai pada Zara -si gadis yang kemarin ia tolong- hanya menunduk tak berani membuka suara karena takut akan dikeluarkan juga.

"Dasar gadis pengarang! cari perhatian sampai anak saya yang jadi korban," dumel Ibu Faiz seenak jidat.

"Jika tidak bisa berkata jujur sebaiknya Ibu diam, Ibu pikir saya tidak tahu kalau Ibu menyembunyikan sikap absurd anak ibu sendiri menggunkan uang?"

"Raisa!" sentak Pak Wendi.

"Lho itu bukan faktanya, pak? uang itu selalu menang di atas segala-galanya bukan," sarkas Rai lalu tersenyum kiri. Senyum yang berhasil membuat tanduk Mama Faiz muncul, ia berdiri dan hendak menampar Rai.

BRUAK!

Pintu kantor dibuka secara paksa oleh Xabiru, ia berjalan santai dan duduk di sofa, tepat sebelah Rai. Orang-orang yang katanya penting itu sontak menoleh pada Xabiru.

"Panas amat bu kaya anaknya salah? santai kenapa sih," sindir Xabiru.

"Xabiru keluar, tidak sopan sekali kamu menggangu rapat!" sentak Pak Wendi dengan tatapan tajam.

Dengan watadosnya Xabiru menguap mengeluarkan ponselnya dan menunjukan video aksi bully Faiz CS kemarin. Seketika tubuh Faiz panas dingin.

Semua guru yang menyaksikan terdiam menunggu Faiz menjelaskan. "Itu bukan anak saya!" elak si Ibu masih mau membelanya.

Di lanjut dengan Kakek Faiz. "Benar, cucu ku tidak mungkin melakukan hal memalukan seperti itu!"

Ya Tuhan, Rai bangga bukan main pada Xabiru yang mau ikut campur dengan masalah yang kemarin ia anggap urusan orang lain ini.

"Kamu dapet video nya dari mana biru?" Pak Wendi bersuara cemas, disini tugas ia membela Faiz jika tidak habis riwayatnya.

Xabiru menyandarkan punggungnya santai pada sofa sambil tersenyum manis memandang wajah Rai. "Sekarang kalian cuma boleh pilih salah satu, cabut tuntutan Rai dan minta maaf ke dia sama zara atau saya sebar video itu, oh atau lebih seru saya laporkan saja bukti video nya langsung pada komite kekerasan anak?"

Suara Ibu Faiz seperti langsung tercekat di tenggorokan. Rai tersenyum simpul, akhirnya ia bisa menang melawan mereka pakai cara sehat.

Butuh waktu 30 menit untuk Faiz dan Ibunya meminta maaf. Urusan beres.

"Jangan nangis lo cowok," ejek Xabiru pada Faiz yang tadi sempat ditampar Kakeknya karena menolak meminta maaf.

Rapat selesai, mereka semua meninggalkan ruangan. "BIRU!" teriak Rai mengejar Xabiru yang setelah rapat beres wajahnya berubah dingin.

"Biru makasih ya," tetap berjalan, tidak sedikitpun menoleh pada Rai yang susah payah menyamakan langkah kakinya. "Kamu tiba-tiba marah kenapa?"

"BIRU!"

"WOI!"

"BIRU GA SOPAN LHO ORANG NGOMONG GA DI RESPON," ketus Rai yang akhirnya ikut memandang lurus ke depan dengan bibir mengerut.

"Orang yang lo tolong bahkan sama sekali nggak buka suara buat bantu lo, sampai sini lo paham kenapa gue maksa buat lo nggak ikut-ikut urusan orang lain?" suara berat Xabiru bertanya.

XABIRU [END]Where stories live. Discover now