14.Si biang kerok menang

907 86 16
                                    

14.Si biang kerok menang

"Turun kan, Xaviera...."

Suara lelah dari mulut Xabiru tidak ada arti nya bagi Xaviera yang menyodorkan pisau dapur tepat di dekat leher Xabiru. "Dari mana kau?!"

"Menginap di hotel," balas nya berdusta.

"BULLSHITS! semalam aku hampir gila mencari mu di seluruh bar yang ada di kota ini, kenapa tidak pulang? kenapa ponsel mu sulit dihubungi? kenapa ... kenapa----"

"Xaviera...."

"Berkata jujur lah biru kau semalam pasti hangover sampai tidak sadar kan diri bukan? atau kau melukai diri mu sendiri? bedebah sialan! aku sungguhan mengkhawatirkan mu!"

"VIERRA!" sentak Xabiru sebab pisau itu semakin diarahkan kan ke leher Xabiru dengan tangan yang bergetar, air mata nya sudah mengumpul di pelupuk mata. "Aku tidak sebodoh dulu untuk melukai diri ku sendiri. Please stop, i'm so tired...."

Pisau di tangan nya Xaviera simpan secara kasar di pantry lalu memutar-mutar tubuh Xabiru, memastikan jika adik nya ini tidak tergores luka. Terutama di bagian kepala belakang. Xabiru hanya pasrah, helaan nafas beberapa kali terdengar.

Semalam setelah mengantar Rai pulang, Xabiru kembali lagi ke tepi danau tersebut dan tidur di mobil tanpa mengenakan baju. Membiarkan angin malam itu menusuk-nusuk pori-pori di kulit tubuh nya. Ia berkata jujur kan? tidak mabok-mabokan---hanya melukai diri dan itu tidak separah dulu, ia terbangun jam setengah delapan pagi lalu bergegas pulang, tadi nya akan pulang tengah malam tapi suara mobil akan cukup berisik terlebih pendengaran Sarah begitu tajam, takut mengganggu.

Mata mereka bertemu, Xaviera bertanya lirih. "Biru kau berkata sungguh-sungguh kan?"

"Melihat mu hari itu menangisi ku sangat deras membuat ku berpikir ribuan kali untuk mencelakai diri ku sendiri lagi, hanya kau yang ku punya," balas Xabiru serak berhasil membuat air mata yang mati-matian Xaviera tahan turun.

Beberapa bulan setelah kematian mommy dulu, Xabiru pernah menggila. Membenturkan keras kepala nya pada dinding sampai harus dibawa ke rumah sakit atau meminum alkohol dengan kadar tertinggi dalam jumlah yang banyak sehingga nyawa nya hampir melayang. Tidak terhitung dulu berapa tetes air mata yang terus keluar dari mata Xaviera, harus kehilangan mommy dan Xabiru yang sekarat.

Telapak tangan kekar Xabiru mengusap perlahan air mata di pipi Xaviera. "Aku sudah menemukan mommy dalam diri yang lain Viera, dia pengganti alkohol dan pengontrol seluruh jiwa sadar ku," lanjut Xabiru dengan tatapan sendu, siapa lagi jika bukan Rai?

Rai selalu menang dan berhasil, bahkan semalam ia berhasil membuat Xabiru tidur nyenyak di mobil hanya karena mengingat senyum manis nya.

"Tetap saja!" Xaviera berseru sambil terisak, jongkok dan memeluk erat-erat kaki panjang milik Xabiru. "Tetap ini salah ku, aku bodoh biru sungguh. Kau boleh menghukum ku apapun itu, karena ini mutlak salah ku...."

"Viera...."

"ATAU KAU BERHAK MEMENGGAL KEPALA KU HIDUP-HIDUP! Biru aku benar-benar sudah gila."

Ada sedikit percikan api di hati Xabiru saat Xaviera mengatakan itu, dengan kasar Xabiru menarik untuk kembali berdiri, menahan kepala Xaviera untuk bersandar di dada tegap nya. "Jangan bicara yang tidak perlu, lagi pula aku tidak melakukan apa yang kau suruh, tidak usah menyesal atau merasa bersalah."

Xaviera berontak minta dilepas, Xabiru benar-benar tahu titik terlemah saat Kakak nya tengah meledak. Xaviera mengepal tangan nya dan menju-ninju dada Xabiru. "Aku gila biru, iblis gila berbentuk manusia. Lantas apa beda nya aku dengan daddy? sama saja mementingkan ego untuk diri sendiri dan membiarkan yang lain terluka?" satu tangan Xabiru bergerak cepat menahan tangan Xaviera yang akan memukul kepala nya sendiri. "Salah kan aku biru! jelas-jelas mau sebesar atau setinggi apapun kita, kita tetap akan kalah jika melawan daddy. Sampai kan pun daddy tidak bisa dikalahkan oleh semut-semut kecil seperti kita----kita kita ... pasti akan dibunuh oleh nya seperti yang dia lakukan pada mommy kan, biru?"

XABIRU [END]Where stories live. Discover now